Home Kesehatan Dikarantina 14 Hari di Natuna, Ini Pengalaman Milla

Dikarantina 14 Hari di Natuna, Ini Pengalaman Milla

Klaten, Gatra.com – Salah seorang WNI yang dikarantina di Natuna pasca kembali dari Wuhan, Cina yakni Hilyatu Millati Rusdiyah (33) yang berasal dari Klaten. Pasca karantina dan observasi, perempuan yang akrab disapa Milla kembali ke rumah orang tuanya di Klaten, Jawa Tengah Senin (17/2).

Pasca menjalani karantina dan observasi di Natuna selama 14 hari, dirinya dinyatakan terbebas dari gejala covid-19. Milla juga mendapat sertifikat bebas COVID-19.

”Saat ini kondisi kami, saya dan WNI lain yang diobservasi, dinyatakan sehat dan kami tidak menunjukkan gejala mengidap virus Corona. Kemenkes juga telah mengeluarkan sertifikat hasil observasi,” ucap Milla saat ditemui di rumahnya, desa Malangan, kecamatan Tulung, kabupaten Klaten, Senin (17/2).

Milla kemudian bercerita mengenai pengalamannya saat masih berada di Wuhan hingga menjalani observasi dan karantina di pulau Natuna. Saat pertama kali munculnya kabar mengenai penyebaran virus corona menyebar dirinya was-was. Sebab penyebaran virus ini sangat cepat, dari yang awalnya hanya ribuan dalam sekejap menjadi puluhan ribu. Apalagi virus ini dinyatakan oleh pemerintah Cina menyebar melalui udara.

”Oleh karena itu pemerintah Cina menghimbau agar semua warga, termasuk warga asing, untuk mengurangi aktivitas luar ruangan,” ucapnya.

Pada saat awal kabar adanya virus corona itu berhembus, dirinya di Wuhan bersama keluarga. Namun pada awal Januari, suami beserta anaknya pulang ke Indonesia untuk liburan semester. Sedangkan dirinya masih bertahan di Wuhan karena masih harus menyelesaikan desertasinya di program doktoral di Chongqing University.

”Saat keluarga pulang informasinya belum seperti sekarang. Belum ada konfirmasi dari pemerintah Tiongkok apakah virus ini bisa menyebar lewat udara atau tidak,” ucapnya.

Namun setelah ada kepastian dari pemerintah Cina virus ini dapat menyebar lewat udara, kondisi kota berbeda. Pemerintah Cina langsung memutuskan untuk mengisolasi kota Wuhan untuk membatasi penyebaran virus.

”Setelah pemerintah melakukan lock down pada Kota Wuhan, suasananya terlihat sepi, tapi tidak mencekam. Masih ada aktivitas di luar ruangan namun terbatas. Saat itu kondisinya musim dingin dan bersamaan dengan imlek. Pemerintah Cina juga memastikan kebutuhan tercukupi di sana,” ucapnya.

Pasca dilakukan evakuasi oleh pemerintah Indonesia dan dibawa ke Pulau Natuna, Milla dikarantina selama dua pekan. Tiap pagi dirinya bersama dengan WNI dari Wuhan lainnya melakukan beberapa kegiatan. Selain berkumpul untuk makan tiga kali sehari, Milla menjalani aktivitas individu. Malamnya biasanya dilakukan sosialisasi dari pemerintah.

”Dua hari sekali kami juga menjalani pemeriksaan kesehatan, seperti pemeriksaan suhu tubuh dan tekanan darah,” ucapnya.

Setelah dinyatakan bersih dari virus covid-19 Milla kembali ke keluarnyanya. Dirinya merasa sangat rindu dengan keluarga, apalagi setelah sekian waktu tidak bertemu.

”Saat karantina tentunya sangat rindu keluarga, apalagi dalam situasi seperti itu kondisi psikologis pasti terganggu. Termasuk saat menjalani lock down di kota Wuhan,” ucapnya.

Kini dirinya masih menunggu himbauan dari pihak kampus kapan bisa kembali dan Wuhan dinyatakan dalam kondisi aman. Sejauh ini dirinya masih menjalani pembelajaran via online untuk menyelesaikan program doktoralnya.

Dirinya juga sudah tidak perlu lagi menjalani pemeriksaan kesehatan lanjutan karena sudah memegang surat dari Kemenkes yang menyatakan dia bersih dari virus covid-19.

Milla mengaku, berterimakasih pada masyarakat Natuna yang menerima kondisi para WNI pasca banyaknya isu yang berhembus.

Sementara itu Camat Tulung, Suyamto menghimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir dengan kondisi Milla. Pasalnya sudah ada jaminan dari pemerintah yang menyatakan warganya ini sehat. Pihaknya juga akan berupaya melakukan sosialisasi pada warga masyarakat agar tidak takut.

”Kami berharap masyarakat tidak perlu khawatir, sejauh ini kami belum menghadapi adanya penolakan atau masyarakat yang takut. Nantinya bisa dilakukan sosialisasi dari Kepala Desa sebagai tindak lanjut,” ucapnya.

 

97