Home Olahraga Bertanding ke Olimpiade dengan Sport Science

Bertanding ke Olimpiade dengan Sport Science

Jepang optimistis, Olimpiade 2020 tetap digelar meski dibayangi wabah Covid-19. Indonesia targetkan 46 atlet potensial bertanding. Komite evaluasi kekuatan dengan metode saintifik.


“London bisa menjadi tuan rumah #Olympics pada 2020” cuitan calon Wali Kota London dari Partai Konservatif, Shaun Bailey, pada Kamis, 20 Februari silam, sempat menjadi trending topic di Twitter. “Kami memiliki infrastruktur dan pengalaman. Dan karena wabah #coronavirus, dunia mungkin membutuhkan kita untuk maju,” ia menambahkan.

Reuters melaporkan, virus sejenis flu itu memang sudah menewaskan lebih dari 2.000 orang di Cina dan menginfeksi 74.000 orang di seluruh dunia. Alhasil, berdampak besar terhadap kalender olahraga di Asia ketika serangkaian turnamen terpaksa dibatalkan dan ditunda.

Menteri Kesehatan Jepang, Katsunobu Kato, segera mengatakan kepada awak media pada Selasa, 25 Februari lalu, bahwa terlalu dini untuk membicarakan pembatalan Olimpiade Musim Panas Tokyo karena virus corona dan penyebarannya di Jepang.

Panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo sendiri sudah membentuk sebuah gugus tugas yang berkoordinasi dengan otoritas kesehatan guna merespons wabah ini. Sedangkan Komite Olimpiade Internasional sudah disarankan oleh Badan Kesehatan Dunia bahwa tidak ada rencana cadangan membatalkan atau memindahkan Olimpiade.

Perhelatan Olimpiade 2020 Tokyo tinggal menghitung bulan. Kontingen Indonesia juga sudah bersiap untuk membidik prestasi di pesta olahraga terbesar yang akan berlangsung pada 24 Juli sampai 8 Agustus itu. “Olimpiade 2020 on the track, karena virus corona tidak bisa hidup di musim panas,” sebut Ketua Komite Olimpiade Indonesia, Raja Sapta Oktohari.

Pada laga terakhir Olimpiade di Rio de Janeiro, Indonesia mengirimkan 28 atlet dari tujuh cabang olahraga (cabor). Tujuh cabor itu ialah bulu tangkis, angkat besi, atletik, panahan, sepeda BMX, dayung, dan renang.

Indonesia menempati urutan ke-46 dan membawa satu medali emas dan dua perak. Ganda campuran bulu tangkis Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menyabet emas. Sedangkan lifter Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni meraih medali perak.

Sejauh ini, sudah ada sejumlah atlet yang dipastikan lolos Olimpiade 2020 Tokyo. Mereka adalah Lalu Muhammad Zohri dari cabor atletik dan Vidya Rafika dari cabor menembak. Kemudian dua atlet panahan, yakni Riau Ega Agatha dan Diananda Choirunisa.

Selain itu, ada pula dua atlet dari cabang angkat besi, yakni Eko Yuli Irawan (61 kg) dan Windy Cantika Aisah (49 kg). Eko dipastikan lolos kualifikasi Olimpiade 2020 usai meraih tiga medali emas pada Kejuaraan Internasional Fajr Cup di Rasht, Iran, pada 3 Februari lalu.

The Minions menyusul lolos ke Olimpiade, setelah pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo sukses mengumpulkan 101.643 poin dan menempati peringkat pertama dunia. Demikian pula, pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan sukses ke Olimpiade dengan total poin 96.717.

Sejumlah atlet lainnya masih berkutat mengejar tiket ke Olimpiade. Ada yang berupaya lewat ajang Pra-Olimpiade yang akan berlangsung di Jepang pada Mei 2020, misalnya tim dari cabor panjat tebing. Ada pula yang tengah bersiap menghadapi event-event internasional, salah satunya tim karate yang bersiap menghadapi WKF Premiere League pada Februari ini. Demikian pula dengan tim balap sepeda yang bertekad naik dari posisi ke-19 menjadi posisi ke-11 dunia demi bisa masuk ke Olimpiade.

Cabor yang sudah lolos ke Olimpiade pun tak mau kalah. Mereka terus berjuang agar para atlet mengikuti lebih banyak pertandingan level internasional sehingga cukup mengumpulkan poin demi meraih tiket Olimpiade. Cabor menembak berencana bertanding di India (Maret), Jepang (April), Jerman (Mei dan Juni), serta Azerbaijan (Juli).

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI), Djoko Pramono, mengklaim Indonesia dapat menambah perwakilan lifter yang tampil di Olimpiade 2020 Tokyo karena peluang masih terbuka. “Kami fokus urusan pelatnas Olimpiade,” tutur Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI), Wisnu Wardhana, seperti dikutip dari Antara.

Soal pelatnas renang untuk Olimpiade, Wisnu mengaku memang belum dimulai, bahkan proposalnya pun belum dikirimkan kepada Kemenpora untuk diverifikasi lebih lanjut. Namun, usulan anggaran pelatnas Olimpiade 2020 sudah ditentukan, yaitu sebesar Rp5 miliar hingga Rp6 miliar. Dana tersebut akan dipakai untuk program pelatnas Olimpiade Tokyo untuk lima atlet renang.

Lima atlet yang diusulkan dalam program pelatnas, antara lain, I Gede Siman Sudartawa, Farrel Armandio Tangkas, Aflah Fadlan Prawira, Triadi Fauzi, dan Azzahra Permatahani. “Targetnya harus lebih baik dari tahun sebelumnya. Kalau kemarin dapat satu emas, harapannya sekarang bisa lebih. Kalau kemarin dapat tiga medali, harapannya sekarang bisa lebih. Kita harus progresif dan meningkat,” kata Raja Okto kemudian.

Diketahui, Kemenpora telah melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam rangka pencairan dana pelatnas Olimpiade 2020 pada Selasa (11/2). PKS ini dilakukan antara Kemenpora dengan tiga cabor Olimpiade yakni, Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI), dan PB PABBSI.

Dalam penandatanganan PKS tersebut, PBSI mendapat kucuran dana pelatnas Olimpiade 2020 sebesar Rp18,6 miliar, PBVSI mendapat kucuran dana pelatnas sebesar Rp3,2 miliar, dan PABBSI mendapat kucuran dana pelatnas sebanyak Rp10 miliar.

Tak mau menyia-nyiakan anggaran besar tersebut, Raja memastikan bahwa saat ini komite sedang fokus untuk memonitor para atlet yang sedang mengejar proses kualifikasi hingga Mei ke depan untuk mendapatkan tiket menuju Olimpiade Tokyo. “Kami terus berkoordinasi dengan cabor-cabor yang memiliki potensi. Ada sekitar 46 atlet yang potensial,” katanya kepada M. Almer Sidqi dari Gatra pada Senin, 24 Februari.

Sejauh ini ada 21 atlet yang sudah pasti mendapatkan tiket menuju pementasan bergengsi dalam kiprah mereka. Namun, Raja berharap, ada tambahan atlet yang ikut serta mengingat masih ada waktu hingga beberapa bulan lagi.

Sampai saat ini, bulu tangkis merupakan cabor yang menyumbang nama terbanyak, yakni 13 orang. Bagaimanapun bulu tangkis masih menjadi cabor ujung tombak Indonesia.

Selain itu, komite juga mengharapkan agar atlet dari tiap perwakilan cabor seperti angkat besi, panahan, menembak, panjat tebing, balap sepeda, dan voli pantai putri, bisa turut berlaga dalam ajang tersebut.

“Kami akan berkoordinasi dan menyamakan persepsi, misi agar di Olimpiade dapat membuahkan hasil maksimal bagi Indonesia,” janji Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P. Roeslani, usai ditunjuk menjadi Chef de Mission (CdM) alias Ketua Kontingen Indonesia untuk Olimpiade Tokyo 2020.

Komite saat ini terus mendorong kerja sama kepada berbagai pengurus cabang olahraga (cabor) dengan menggunakan metode analisis data. Analisis data diperlukan untuk menganalisis kekuatan dan keterampilan seorang atlet.

Informasi data dihimpun dari para pengurus cabor yang melanjutkannya ke komite. Setelahnya, akan dilakukan analisa oleh tim khusus berdasarkan metode saintifik. Tim analisis akan menghimpun segala informasi terkait cabor tertentu, utamanya informasi secara global, lalu diterapkan pada atlet-atlet, terutama ketika mereka menemukan suatu kendala dalam performanya.

“Banyak cabang-cabang olahraga yang masih dikelola secara empiris, belum dikelola secara modern dan profesional. Ini disebut sebagai metode sport science,” ujarnya.

Perubahan metode semacam ini tidak lepas dari pengalaman komite sebelumnya. Berkaca pada masa lalu, kata Raja, paradigma para pemangku kepentingan dan pemerintah dalam urusan perkembangan atlet, baik di tingkat pusat hingga ke daerah, selalu merujuk pada persaingan dan kompetisi antara anak bangsa sendiri.

“Tapi begitu keluar, kita belum mampu untuk bersaing di kontinental, regional, apalagi dunia. Padahal ajang paling bergensi untuk satu negara itu Olimpiade. Ini yang lebih tinggi daripada ASIAN Games dan SEA Games. Mestinya, energi yang kita pakai itu berfokus selalu pada Olimpiade,” katanya.

Untuk itu, komite juga berfokus untuk bagaimana mengubah paradigma tersebut. Indonesia pada 2032 mendatang akan menjadi tuan rumah Olimpiade. Jadi, mau tidak mau, harus berupaya lebih untuk mendapatkan hasil yang siginifikan.


Flora Libra Yanti