Home Gaya Hidup IPB Buktikan Emisi Karbon Kelapa Sawit Rendah

IPB Buktikan Emisi Karbon Kelapa Sawit Rendah

Siak, Gatra.com - Tim dari Institut Pertanian Bogor (IPB) membuktikan, emisi kelapa sawit, sangat rendah. Dari hasil penelitian yang dipimpin oleh Prof Supiandi Sabiham itu, emisi kelapa sawit hanya 20-25 ton CO2 ekuivalen per hektar dalam satu tahun.
 
Hasil penelitian itu, memutar balikan anggapan Eropa dan Amerika, bahwa emisi kelapa Sawit di Indonesia mencapai 90 ton Co2 ekuivalen perhektar dalam setahun. 
 
Penelitian yang dilakukan sejak September 2018-Januari 2020 itu didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDPKS. 
 
Hasil penelitian tim IPB bekerjasama dengan Pusat Industri Bayo Teknologi dan Bayo Industri Indonesia di kebun kelapa sawit PT Kimia Tirta Utama (Astra Group), Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak, Riau, selama setahun itu pun terbukti bahwa emisi kelapa sawit tidak sebesar yang digaungkan oleh Uni Eropa selama ini.
 
"Hasil penelitian kita ini bisa membuat banyak pihak terkejut. Sebab, emisi kelapa sawit yang disampaikan selama ini tidak sebesar itu. Dan ini bisa mengcounter isu tersebut," kata Supiandi saat berbincang dengan Gatra.com, di Siak, Senin (9/3).
 
Menurut Supiandi, hasil penelitian orang lain yang menyebutkan emisi kelapa sawit di Indonesia mencapai 95 ton CO2 ekuivalen per hektar dalam satu tahun itu sejatinya tidak realistis. Sebab, itu terlampau besar dan penelitian yang dilakukan pun tanpa data yang jelas.
 
"Metode penelitian yang mereka gunakan itu banyak asumsi. Dan hasilnya tidak realistis. Kalau penelitian kita, pakai data dan melakukan pengukuran langsung di lapangan. Walau satu titik yang kita teliti, dapat mewakili 530 hektar lahan di perusahaan ini. Dan yang paling terpenting, alat yang kita gunakan lebih reasonable daripada penelitan orang lain tadi," jelasnya.
 
Menurut Supiandi, emisi kelapa sawit itu pada dasarnya ada dua, yakni dari dari akar dan hilangnya karbon dari gambut. Kalau hal itu ditotalkan, kata Supiandi, emisi kelapa sawit memang sangat besar. Sebab, emisi dari akar kelapa sawit bisa mencapai sekitar 74 persen. Padahal yang Net Emition-nya sangat kecil dan hanya mencapai 20-25 ton CO2 ekuivalen.
 
"Maka itu dari hasil yang kita teliti dengan yang diisukan tadi sangat signifikan bedanya. Saya rasa, penelitian orang lain menggabungkan kedua emisi tadi. Tentu besar hasilnya dan mereka menyimpulkan perkebunan kelapa sawit sangat merusak lingkungan," ujarnya.
 
Supiandi juga mengatakan, pihaknya bakal mengekspos hasil penelitian ini agar pengusaha kelapa sawit dan khususnya masyarakat dapat mengetahuinya.
 
Penelitian ini dilakukan sebenarnya berdasarkan permintaan Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) dan Kementrian Perdagangan akibat adanya kampanye terhadap sawit menghasilkan emisi yang tinggi.
 
Sementara itu, penyandang dana penelitian, DPDPKS Kemenkeu telah melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) di PT KTU. 
 
Kepala Divisi Program Pelayanan Direktorat Penyaluran Dana BPDPKS Kemenkeu Arfie Thahar mengatakan, selama ini pihaknya telah mendanai sebanyak 158 penelitian.
 
"Ada beberapa kategori penelitian yang bisa kita biayai, yakni permintaan kementrian, penawaran proposal penelitian dan seleksi. Sedangkan penelitian yang dilakukan Pak Supiandi dan tim adalah permintaan kementrian," kata dia.
 
Ia menjelaskan, program penelitian ini sejatinya bertujuan untuk meningkatkan produktifitas kelapa sawit Indonesia. Awalnya, kata dia, juga diusulkan Kemenku dan Kementrian Perdagangan karena munculnya isu tingginya emisi kelapa sawit di Indonesia.
 
"Ternyata hasil penelitian dengan metode yang ril, emisi sawit tidak setinggi yang dikampanyekan di Amerika. Dan penelitian ini menjawab kampanye negatif terhadap sawit di Indonesia," kata dia.
 
Sama seperti Supiandi, pihak BPDPKS juga bakal mengekspos hasil penelitian ini supaya informasinya segera menyebar ke publik dan dunia. Sebab, kata Arfie, kelapa sawit bukanlah seperti yang diklaim oleh Eropa dan Amerika.
 
Sementara itu, Administratur PT KTU Achmad Zulkarnain mengatakan pihaknya sangat senang perkebunan sawit perusahaan itu menjadi fokus peneitian penting ini.
 
"Ini salah satu cara kita bisa membantah isu negatif dari Eropa dan Amerika mengenai kelapa sawit. Kan sama kita tahu hasil penjelasan Prof Supiandi tadi, bahwa kelapa sawit bukanlah parameter yang tinggi untuk kerusakan lingkungan," kata dia.
 
Bahkan menurut Zulkarnain, secara umum industri kelapa sawit sangat menguntungkan, tidak hanya untuk pengusaha dan masyarakat, negara juga sangat diuntungkan.
 
952