Home Internasional Hydroxychloroquine Tidak Efektif Rawat Pasien Corona

Hydroxychloroquine Tidak Efektif Rawat Pasien Corona

New Delhi, Gatra.com – Kehadiran obat malaria, Hydroxychloroquine, yang selama ini mendapat pujian dari Presiden AS Donald Trump sebagai pil --perubahan awal pengobatan yang datangnya dari Tuhan, untuk merawat pasien virus corona, tampaknya tidak membantu pasien dapat menghilangkan virus COVID-19, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah pengujian terhadap 150 pasien rawat inap di 16 Rumah Sakit di Cina.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti membagi pasien menjadi dua kelompok dengan masing-masing 75 orang. Satu kelompok menerima standar perawatan untuk pasien dengan penyakit pernapasan sedangkan kelompok lainnya juga menerima standar perawatan dengan ditambah pil hydroxychloroquine.

Dari studi tersebut menemukan bahwa hydroxychloroquine tidak membantu pasien membersihkan virus COVID-19 dibandingkan dengan perawatan standar, yang justru memiliki kemungkinan lebih tinggi menimbulkan efek samping.

Disebutkan jika Hydroxychloroquine memang membantu mengurangi peradangan.

Dari analisa tersebut tingkat konversi negatif selama 28 hari secara keseluruhan (yang merupakan penanda untuk memprediksi hasil pengobatan dan kesembuhan virus) untuk pasien yang menerima perawatan standar dan hydroxychloroquine sebanyak 85,4 persen, sedangkan 81,3 persen bagi pasien yang hanya menerima perawatan standar.

Sedangkan ancaman efek samping pada kelompok 75 orang yang menggunakan hydroxychloroquine lebih banyak meski hanya ringan misalnya yang paling umum terjadi yakni pasien mengalami diare. Ada juga disebutkan pasien menghentikan pemakaian hidroksi klorokuin karena penglihatan kabur.

"Saat ini, tidak ada bukti yang meyakinkan dari uji klinis yang dirancang dengan baik untuk mendukung penggunaan CQ / HCQ (chloroquine / hydroxychloroquine) dengan kemanjuran dan keamanan yang baik untuk pengobatan COVID-19," kata para peneliti dalam makalah mereka.

"Ketika menguji perawatan baru, kami mencari sinyal yang menunjukkan bahwa mereka mungkin efektif sebelum melanjutkan ke studi yang lebih besar," kata Allen Cheng, seorang dokter penyakit menular dan profesor epidemiologi di Universitas Monash Melbourne, Australia.

"Studi ini tidak menunjukkan sinyal apa pun, jadi mungkin tidak akan bermanfaat secara klinis," tambahnya.

Sebuah analisis dari Veterans Health Administration (VA) dalam data AS menemukan bahwa 28 persen dari 97 pasien yang diberi hydroxychloroquine bersama dengan perawatan standar meninggal dunia, dibandingkan dengan tingkat kematian 11 persen untuk 158 pasien yang tidak menerima obat. 

Tingkat kematian adalah 22 persen untuk 113 pasien yang diberi hydroxychloroquine plus antibiotik azithromycin.

Sebuah penelitian, yang belum dipublikasikan dalam jurnal medis, bukan hasil uji klinis, telah menganalisa catatan medis dari 368 pria yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi coronavirus yang dikonfirmasi di pusat-pusat VA, yang meninggal atau dipulangkan pada 11 April, sebagaimana makalah yang diposting online bagi para peneliti.

Hydroxychloroquine seperti dilaporkan Reuters, tampaknya tidak berdampak besar pada kebutuhan pernapasan pasien. Tingkat ventilasi mekanik adalah 13 persen untuk mereka yang mendapat obat dibandingkan 14 persen untuk pasien yang hanya menerima perawatan suportif. Bagi mereka yang menerima obat malaria dan antibiotik, hanya 7 persen yang membutuhkan bantuan pernapasan.

216