Home Milenial Plagiarisme Ancam Orisinalitas Masker Karakter

Plagiarisme Ancam Orisinalitas Masker Karakter

Karanganyar, Gatra.com- Pemakaian masker wajah saat ini tak sekadar memenuhi fungsi utamanya melindungi pernafasan dari paparan virus covid-19. Namun juga media penyampai pesan dan fashion. Bagi kreator masker karakter, sulit mempertahankan orisinalitas di tengah maraknya plagiarisme.

Pemilik Konveksi Jersey Wikwik Apparel di Dusun Pundungrejo Rt 04 Rw I Desa Jati Kecamatan Jaten, Karanganyar, Dendi Crishtanto mengatakan tak lagi memproduksi massal masker 'Do Manuto' bergambar karikatur wajah Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo atau kerap disapa Pak Rudy. Padahal saat jargon itu melejit, ribuan lembar maskernya laris manis terjual maupun dibagikan ke warga. 'Do Manuto' merupakan penggalan pesan berbahasa Jawa dari Pak Rudy kepada warganya agar tidak melanggar protokoler kesehatan pencegahan covid-19. Pak Rudy juga meminta warganya patuh atau manut agar tidak mudik selama pandemi.

"Banyak yang sudah nembak. Kemungkinan tidak lagi bikin desain 'do manuto'. Meski sudah ditambahi 'do manuto' dan ojo ngeyel'. Tapi saya masih terus merancang ide-ide baru untuk menyikapi pasar yang semakin tidak menentu," kata Dendi kepada Gatra.com di bengkel kerjanya, Rabu (29/4).

Masih berdesain penutup hidung dan mulut, ia berencana memproduksi hoodi buff yang lebih trendi dan keren. Tudungnya dapat dikenakan pria maupun wanita serta bukan identik pengguna muslim. Jelang lebaran nanti, ia meyakini produknya itu bakal diminati. 

"Bisa untuk fashion sekaligus dapat fungsi maskernya," katanya.

Selama masa pandemi, produksinya kini masyoritas masker. Sebelumnya, ia bersama rekannya Budi Martani membuat kaos, bendera, mmt dan sebagainya. Namun karena kondisinya tidak memungkinkan, keduanya dibantu para pekerja beralih membuat masker dengan desain karikatur unik sejak 2 April 2020.

"Dari tiga jenis masker, dibedakan dari bahannya. Ada yang bahan Dryfit seharga Rp 8 ribu per lembar, polyester seharga Rp 5 ribu, serta polosan katun kardet mulai dari harga Rp 2.500 hingga Rp 3 ribu," tuturnya.

Jika produksi maskernya bersisa, maka kelebihannya dibagikan ke masyarakat dengan bantuan komunitas penggerak sosial.

"Total kita bagikan kurang lebih 5000 an masker ke Solo Raya. Sementara lainnya di Makassar, kami kirim donasi full sebanyak 50-an atau 100-an masker," ungkapnya.

Saat ini Wikwik Apparel memperkejakan sebanyak 8 orang dengan 7 penjahit dan satu operator. Mereka adalah korban PHK perusahaan karena dampak pandemi corona.

"Karena kasihan kepada pekerja yang di PHK maupun dirumahkan. Maka saya ajak untuk bekerja sama dengn membuat masker, dalam sehari bisa memproduksi 1000 masker. Masing-masing mahir di semua lini produksi," ungkapnya.

453