Home Gaya Hidup Menjadi Manusia Karung, Sumadi Bisa Dapat Rp100 ribu Sehari

Menjadi Manusia Karung, Sumadi Bisa Dapat Rp100 ribu Sehari

Semarang, Gatra.com - Menjelang Lebaran ditambah adanya pandemo Covid-19,  memunculkan fenomena baru di Kota Semarang. Yakni munculnya manusia karung. Yakni orang-orang dengan membawa karung yang "mangkal" di pingir-pinggir jalan protokol. Tak hanya membawa karung ada juga yang membawa gerobak sampah. 
 
Tidak sulit untuk menemui manusia karung ini, karena hampir di semua jalan protokol di Kota Semarang ada. Seperti Jalan Veteran, Jalan Majapahit, Jalan Sultan Agung, Jalan Setia Budi dan lainnya. Tak hanya sendiri, kadang banyak juga yang membawa serta anak dan juga istrinya. Tujuannya cuma satu, mendapatkan bantuan dari para dermawan untuk bertahan hidup di tengah wabah corona. 
 
Seperti yang ditemui Gatra.com di Jalan Veteran Kota Semarang ini misalnya. Hampir sepanjang jalan mulai dari Mapolda Jateng, sampai dengan Rumah Sakit Krayadi, cukup banyak ditemui.
 
Salah satunya Sumadi. Saat ditemui Gatra.com, Wajah Sumadi yang berusia 45 tahun nampak kuyu. Di depannya tergeletak sebuah karung putih yang entah apa isinya. Dia enggan untuk menunjukannya. Namun sekilas, isinya nampak hanya beberapa lembar kardus.
 
Setiap ada dermawan yang melintas dan memberikan sumbangan, Sumadi dengan sigap berlari, dengan cepat uang, sembako atau makanan siap santap berpindah ke karung putih yang ia bawa. Ia biasa mangkal di tempat itu, sejak pagi hingga sore. 
 
"Ya seperti inilah kehidupan saya sekarang. Menunggu bantuan dari dermawan entah itu uang, makanan atau sembako untuk bertahap hidup," ujarnya saat ditemui Gatra.com di Jalan Veteran tempat ia duduk dan menunggu bantuan datang, Senin (18/5).
 
Pria asal Banyuwangi Jawa Timur ini mengaku, setiap kali bulan Ramadan tiba, dirinya akan menjalani kehidupan sebagai manusia karung.
 
"Setiap Bulan Ramadan saya memang jadi seperti ini. Apalagi sejak ada corona pekerjaan saya sebagai kuli proyek benar-benar berhenti," ungkapnya.
 
Dari menjadi manusia karung, Sumadi bisa membawa pulang uang antara Rp50.000 - Rp100.000 setiap harinya. Tak jarang pula, ia membawa pulang juga beras hasil sumbangan para dermawan. Jumlah ini, katanya, jauh berkurang jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi covid-19 atau virus corona.
 
"Sekarang kalau dihitung-hitung setiap hari paling cuma dapat Rp50.00 sampai Rp100.000. Kalau dulu lebih banyak malah dapatnya, sekarang orang seperti saya juga semakin banyak karena pada jadi korban PHK jadi semakin sedikit dapatnya," ceritanya.
 
Bapak dua anak ini mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah bahkan setelah adanya badai corona.
 
"Jujur saya tidak pernah dapat bantuan apapun dari pemerintah. Kalau dapat juga paling sedikit tidak cukup lah," akunya.
 
Senada dengan Sumadi, salah satu manusia gerobak bernama Amin S mengaku terpaksa menjalani kehidupan semacam ini. Ia bahkan membawa serta istri dan satu orang putri kecil mereka.
 
"Mau bagaimana lagi sekarang mau kerja apapun itu susah. Sekarang mau ngerongsok juga jualnya susah. Jadi terpaksa seperti ini, tetap memulung sampah tapi saya juga menerima bantuan dari orang orang di jalan entah itu sembako, makanan, ataupun uang," katanya.
 
Menurutnya, menjadi manusia gerobak adalah salah satu jalan bagi Amin dan keluarganya untuk bertahan di tengah pandemi.
 
"Sekarang bisanya cuma seperti ini ya tetap dilakoni. Mau susah kaya apa tetap harus disyukuri. Meskipun tidur harus di pinggiran ruko, meskipun harus rela kena terik dan hujan," tandasnya.
 
Sementara itu Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) PP Kota Semarang Fajar Purwoto menegaskan akan menindak tegas manusia karung yang banyak berkeliaran di jalan - jalan protokol.
 
"Kita pasti akan melakukan yustisi, kita akan tertibkan," katanya singkat.
1256