Home Ekonomi Selamatkan Perusahaan Saat Pandemi? Ini Resep Grant Thornton

Selamatkan Perusahaan Saat Pandemi? Ini Resep Grant Thornton

Jakarta, Gatra.com – Pandemi corona yang berkepanjangan memukul bisnis dan usaha. Betapa tidak, banyak investor yang menunda serta menjadwal ulang rencana investasinya. Sementara sektor industri dan jasa tidak lagi berjalan normal karena situasi bekerja dari rumah (work from home) yang berdampak pada penurunan kinerja dan produktivitas.

Lebih jauh, perusahaan kerap kali seret anggaran karena tidak memiliki pendapatan (income) yang memadai untuk mempertahankan kelangsungan bisnis. Alhasil, terjadi kinerja kas (cashflow) negatif yang berdampak pada "perumahan" karyawan dan tenaga kerja. Kondisi usaha yang memburuk di masa pandemi ini turut menjadi fokus perhatian konsultan bisnis.

Konsultan global Grant Thornton, perusahaan jasa akuntansi yang bermarkas di Amerika Serikat, termasuk yang paling gencar mensosialisasikan resiliensi bisnis dan usaha di masa pandemi. “Kita perlu sekali memperhatikan Resilience Wheel yang Grant Thornton sering bawa yakni kita harus mengetatkan ikat pinggang untuk menjaga cashflow selama masa pandemi ini,” ujar Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani dalam konferensi virtual yang dihadiri Gatra.com di Jakarta pada Selasa (19/5).

Menurut Johanna tidak mudah bagi perusahaan bertahan di tengah krisis Covid-19. Taktik dari manajerial atau eksekutif sangat diuji dalam mempertahankan bisnis perusahaan di tengah pandemi. Setiap perusahaan menurutnya penting untuk merancang skenario dan mitigasi bisnis agar perusahaan tidak terpuruk lebih dalam.

“Perusahaan punya cash, punya funding, punya [skema] loan, maka kita bisa melihat prospek bisnis dalam enam bulan ke depan. Perusahaan harus punya planning, dan kita mitigasi risiko yang ada. Kita coba jabarkan risiko yang bisa terdampak dan bagaimana solusinya kalau risiko itu terjadi,” katanya.

Johanna berpandangan akan mudah bagi perusahaan yang mempunyai kas atau dana cadangan untuk bertahan dari gempuran pandemi. Selain persoalan ada tidaknya kantong kas, karakteristik bisnis saat berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha di masa pandemi. “Tergantung industrinya seperti hotel atau bisnis hospitality dan airlines itu dampaknya sudah langsung kena ke mereka. Kalau yang lain pasti dampaknya belum terlalu langsung. Tapi semuanya akan kena kayak efek domino”.

Legal Partner Grant Thornton Indonesia, Kurniawan Tjoetiar mengatakan “guncangan” cashflow menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan bagi perusahaan di masa pandemi. Pasalnya terjadi ketidakseimbangan antara arus kas masuk dan arus kas keluar. Perusahaan akan tetap menanggung beban operasional dan kewajiban terhadap karyawan. Sementara di sisi lain, penerimaan mengalami penurunan, dan tagihan mengalami kemandekan.

“Di sebagian industri mereka mulai berpikir apakah dengan kondisi bencana non alam ini, mereka [industri] bisa berlakukan force majeure?. Bukan berarti kontrak itu benar-benar hilang karena pelaku usaha punya hak untuk memutuskan,” ujar Kurniawan.

Dirinya membeberkan penting bagi perusahaan menerapkan perilaku baru dalam menjalankan bisnisnya selama pandemi. Hal yang penting diperhatikan perusahaan dalam menjaga arus kas selalu positif. Pertama, menekan biaya atau pengeluaran rutin yang tidak perlu. Kedua, menjaga fleksibilitas kas masuk dengan memberikan relaksasi atau ruang kebijakan.

Exercise pertama bagi pelaku bisnis adalah meninjau biaya operasional sekarang seperti apa? Apakah ada ruang untuk efisiensi, biaya yang bisa ditekan [dihemat],” katanya. Nah, setelahnya eksekutif perlu merancang skenario agar bisa membayar kewajiban kepada karyawan tepat waktu (just in time) dengan memaksimasi potensi penerimaan atau piutang terbayar.

Exercise selanjutnya menyangkut collection atau penagihan yang juga harus diperbaiki. Karena perusahaan akan butuh tempo penerimaan yang lebih cepat karena kebutuhan cashflow. Untuk itu approach-nya bisa macam-macam,” terangnya. Perusahaan menurut Kurniawan dapat menerapkan award atau kebijakan keringanan kepada klien yang dapat memenuhi kewajiban penagihannya secara tepat waktu.

“Inisiatif dapat dilakukan misalnya kalau dipercepat pembayarannya ada potongan khusus. Ini menjadi model tersendiri yang sangat tergantung dengan karakteristik bisnis,” tandasnya lagi.

379