Home Gaya Hidup Ismed Sofyan dan Jeda Main Bola

Ismed Sofyan dan Jeda Main Bola

GATRA - Liga sepak bola Indonesia yang harus ditunda sejak 16 Maret akibat penyebaran virus corona, membuat banyak pemain tak punya kegiatan. Begitu juga dengan pemain senior kesebelasan Persija Jakarta, Ismed Sofyan. Ia langsung terbang menuju kampung halamannya di Aceh saat pandemi mulai menjangkiti Indonesia. "Begitu kondisi Jakarta tidak kondusif, akhirnya saya memutuskan untuk pulang," katanya kepada Wartawan GATRA, M Almer Sidqi.

Rekan-rekan Ismed di klub berjuluk Macan Kemayoran pun melakukannya. Mereka yang berasal dari luar Jakarta, langsung meninggalkan Ibu Kota sebelum kondisi kian memburuk. Selain pandemi, persoalan pemotongan gaji hingga mencapai 75% dari nilai kontrak terhadap pemain Liga 1 dan 2, menjadi alasan mereka pulang kampung.

Pemotongan gaji terpaksa dilakukan karena tersendatnya pendapatan klub dan sesuai keputusan PSSI. Adapun penundaan seluruh liga, dimaksudkan untuk mencegah penyebaran virus corona jenis baru, SARS-CoV-2.

Beruntung, hingga saat ini, kondisi di Aceh terbilang aman untuk beraktivitas normal seperti biasa. Pria kelahiran Manyak Payed, Aceh Tamiang, 28 Agustus 1979 itu, masih rutin melakukan salat di masjid selama bulan Ramadan.  

"Kumpul dengan keluarga dan orang tua. Selama bulan Ramadan, jam lima baru mulai start latihan untuk menjaga kondisi badan," ujar pria yang sempat memperkuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-18, U-19, U-23, dan senior tersebut.  

Sebagai seorang profesional, Ismed harus siap kapan pun jika manajemen tim memintanya kembali ke Jakarta dan Liga Indonesia kembali bergulir. Untuk menjaga kondisi fisik, ia rutin bersepeda dan joging tiap sore. 

Ismed berharap, pandemi COVID-19 cepat berlalu agar bisa kembali beraktivitas seperti biasa dan Liga Indonesia segera bergulir. Adapun supaya virus tidak terus menyebar, bek kanan tim oranye ini pun mengimbau semua orang untuk menaati anjuran pemerintah. 

"Kurangi aktivitas di luar rumah, karena jalan satu-satunya untuk memutus mata rantai ini dengan tidak berkumpulnya massa, tidak banyak pertemuan antar-orang," katanya.

 

[G]

25