Home Kesehatan Sebanyak 50 Petugas Kesehatan Puskesmas Panerokan WFH

Sebanyak 50 Petugas Kesehatan Puskesmas Panerokan WFH

Batanghari, Gatra.com - Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Batanghari, Jambi, dr. Elfi Yennie MARS mengatakan seluruh petugas kesehatan Puskesmas Panerokan telah ditetapkan Work From Home (WFH) selama masa isolasi.

"Total 50 tenaga kesehatan. Pustu Bajubang juga ditutup karena ada petugas yang terdampak," kata Elfi kepada awak media dalam keterangan pers, Senin (29/6).

Tak hanya petugas kesehatan Puskesmas Panerokan, Elfi bilang kalau lima orang petugas kesehatan RSUD HAMBA Muara Bulian telah dilakukan swab. Petugas kesehatan di ruang isolasi dilakukan rapid test secara berkala.

"Petugas yang merawat pasien tidak langsung diisolasi. Karena ada prosesnya dan mereka memakai APD lengkap," ucapnya.

Petugas kesehatan memakai APD lengkap tidak harus diliburkan. Tetapi, mereka diatur frekuensi kerjanya agar tidak begitu berat. Kemudian beban kerjanya dibagi. Paling penting adalah mereka memakai maupun melepas APD sesuai standar.

"Jadi kalau sesuai standar, sudah bisa kita katakan risikonya kecil. Dari video yang beredar dan menurut penjelasan bersangkutan, dia tidak sengaja memegang pasien. Karena waktu itu pasien meronta, histeris tidak mau dibawa ke ruang isolasi," katanya.

Petugas berusaha menenangkan pasien tanpa disadari akhirnya tersentuh. Tapi setelah menyentuh pasien itu, kata Elfi, dia langsung melakukan pembersihan, langsung mandi dan ganti baju.

"Memang benar hal itu terjadi. Terpenting pada saat itu langsung dilakukan upaya pencegahan. Itulah gunanya kita diharuskan selalu cuci tangan menggunakan sabun," ujarnya.

Elfi selalu menyampaikan kepada masyarakat kenapa cuci tangan harus dilakukan sesering mungkin. Tanpa sadar pada saat tangan tidak bersih, kemudian terpegang mata, hidung dan mulut, melalui itulah virus itu masuk.

"Jadi, virus itu tidak terbang-terbang di udara, tetapi virus akan masuk dalam tubuh manusia kalau dihantarkan. Tangan penghantar virus terbanyak. Makanya keberhasilan tangan harus betul-betul kita jaga," ucapnya.

Menurut Elfi, COVID-19 adalah virus baru yang belum banyak diketahui tentang karakternya. Sehingga tampilan klinis atau akibatnya pada seseorang sangat bervariasi.

"Penularan COVID-19 sangat dipengaruhi dari orang lain. Contohnya kasus terakhir ini. Ada empat anggota keluarga dekat YM reaktif rapid test. Ternyata hanya tiga orang terkonfirmasi COVID-19 hasil uji swab dengan metode PCR," ujarnya.

Satu pasien berisnial RD merupakan anak YM. Dia justru kontak paling dekat karena merawat orang tua (YM). Tapi ternyata hasil swab pertama negatif. Disitu bisa dilihat bahwa timbulnya suatu penyakit atau terinfeksi akan dipengaruhi oleh banyak hal.

"Ada beberapa hal yang harus kita ketahui bersama, bahwa kecemasan dan stres sangat mempengaruhi imunitas," katanya.

Dari jumlah pasien COVID-19 di RSUD HAMBA Muara Bulian berdasarkan pengamatan, kata Elfi, paling cepat sembuh pasien yang enjoy dan selalu bahagia. Meskipun dia dengan penyakit, terlihat tidak terlalu dipikirkan.

"Saya jelaskan mengapa ada yang bisa karantina mandiri, di rumah dan di rumah sakit. Khusus isolasi pasien, Pemkab Batanghari telah menyiapkan tempat di Gedung PKK dan rumah sakit," ujarnya.

Semua isolasi sangat tergantung pada kondisi pasien. Jadi, kalau pasien jelas terkonfirmasi, harus mendapat perawatan di rumah sakit. Begitu juga PDP walaupun belum keluar hasil swab.

"Seorang PDP pasti mempunyai penyakit yang harus membuat dia masuk ke rumah sakit. Namun OTG dengan hasil rapid test reaktif, dua kemungkinan kita rawat. Bisa kita rawat di PKK atau isolasi mandiri," ucapnya.

Isolasi mandiri ada syaratnya. Pertama melihat kelayakan dari rumahnya. Biasanya petugas kesehatan, petugas Puskesmas lakukan survei terlebih dahulu. Apakah kamar tidur, kamar mandi terpisah dengan anggota keluarga lainnya.

"Kemudian dalam rumah itu tidak ada yang berisiko tinggi, seperti orang tua dan anak-anak. Lalu harus ada persetujuan dari pemerintah setempat, mulai dari RT, Lurah atau Kepala Desa. Ini gunanya untuk memudahkan koordinasi," katanya.

Jika semua memungkinkan, mereka diizinkan melakukan isolasi di rumah. Kalau rumah tidak memenuhi syarat, petugas akan meminta pasien melakukan isolasi di Gedung PKK Muara Bulian.

"Pasien isolasi di PKK sembari menunggu hasil swab keluar. Begitu hasil swab keluar dengan hasil positif, maka pasien harus menjalani isolasi di rumah sakit untuk mendapat perawatan," ucapnya.

Elfi berujar tiga anggota keluarga YM sering bolak-balik ke Puskesmas Panerokan pada saat merawat beliau di sana. Karena banyak petugas kesehatan puskesmas terdampak, pasti akan mengganggu pelayanan.

"Karena mereka harus isolasi mandiri. Kita juga butuh waktu untuk membersihkan kembali agar puskesmas steril. Makanya untuk sementara puskemas kita tutup," katanya.

552