Home Kebencanaan Merapi Menggembung Tanda Magma Naik, Warga Tak Perlu Panik

Merapi Menggembung Tanda Magma Naik, Warga Tak Perlu Panik

Yogyakarta, Gatra.com – Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penggembungan sekitar dua centimeter akibat aktivitas magma yang naik ke atas. Masyarakat diimbau tidak panik karena jarak bahaya masih di radius tiga kilometer dari puncak.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, mengatakan deformasi di Merapi pada periode 26 Juni - 2 Juli 2020 menunjukkan terjadi pemendekan jarak tunjam sekitar dua centimeter.

“Deformasi sekitar dua centimeter ini dalam periode satu minggu. Deformasi yang terjadi di tubuh gunung merupakan salah satu tanda ada magma yang naik ke permukaan," kata Hanik, Kamis (9/7).

Namun, ia berkata masyarakat tidak perlu panik. "Naik atau keluarnya magma ke permukaan merupakan hal yang biasa terjadi di gunung api aktif,” ujarnya.

Hanik menjelaskan, pemendekan jarak tunjam diketahui melalui metode electronic distance measurement (EDM). “Bisa dibayangkan di lereng Gunung Merapi dipasang cermin, lalu jarak cermin ke alat EDM diukur setiap hari. Saat gunung mengalami inflasi (menggembung), maka jarak antara cermin dan alat akan memendek,” tuturnya.

Menurut Hanik, deformasi sekitar dua centimeter ini masih kecil jika dibandingkan dengan deformasi sebelum erupsi 2010. Oleh karena itu, potensi ancaman bahaya masih sama, yakni berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan lontaran material akibat erupsi eksplosif.

“Rekomendasi jarak bahaya juga masih sama, yaitu dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi,” ucapnya.

Merapi mengalami erupsi dua kali pada Minggu (21/6) lalu. Letusan teramati berwarna asap kelabu. Erupsi pertama dengan tinggi kolom sekitar enam ribu meter dengan amplitudo 75 milimeter dan durasi 328 detik. Adapun tinggi kolom di erupsi kedua tidak teramati karena tertutup kabut.

261