Home Gaya Hidup Perlu Inovasi Membidik Pembeli

Perlu Inovasi Membidik Pembeli

Beragam sensasi ditawarkan untuk menikmati secangkir kopi. Mulai dari jenis kopi, cara penyajian, hingga lokasi. Semuanya demi menggaet penikmat kopi bersegmen lebih luas.

Pemandangan indah di lereng gunung Lawu di kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah menjadi bidikan. Titik-titik pemandangan alam nan indah yang dinikmati, serta tidak monoton. Mulai dari kawasan alun-alun hingga kawasan Matesih.

Kok bisa? Ini karena warga bisa santai dalam sebuah bus yang berjalan. Sensasi inilah yang ditawarkan perusahaan transportasi pariwisata Mata Trans dengan melebarkan operasional Transbuck Bus Cafe ke Kabupaten Karanganyar.

Direktur Mata Trans Sukamdi mengatakan, para tamunya dipersilakan memesan long trip sampai Tawangmangu dan short trip sampai Matesih dari titik pemberangkatan di alun-alun Karanganyar. Usai membuka venue di Kota Solo dan Yogyakarta, dia memilih rute Kabupaten Karanganyar karena keindahan alamnya.

"Banyak pemandangan indah di sepanjang rutenya. Terutama Kemuning dan Tawangmangu. Kami memang membidik pasar yang nyeruput kopi sambil menikmati keindahan alam," katanya kepada GATRA, Rabu (8/7).

Pihaknya dan Rocketz Live Coffee yang bergerak di bidang usaha food & beverage berkolaborasi untuk memanjakan para penumpang atau wisatawan, menikmati minuman kopi sambil berkeliling.

Jadwal keberangkatan wisata kafe dalam bus ini untuk long trip pukul 10.00 WIB dan 14.00 WIB. Sedangkan short trip berangkat pukul 18.00 WIB dan 20.00 WIB. Transbuck Bus Cafe ini memiliki kapasitas 28 penumpang berisi tujuh meja agar pelanggan tetap menjaga jarak dan tetap nyaman.

Kafe dalam bus di Solo ini menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku. Seperti pengukuran suhu tubuh dan pemakaian handsanitizer bagi wisatawan sebelum masuk bus. Khusus bus yang dipakai rutin disemprot cairan disinfektan dan para barista serta juru masak pun memakai masker (faceshield), dan sarung tangan.

Sukamdi mengatakan, bus kafe merupakan terobosan dalam menyajikan tranportasi wisata dan kuliner dalam satu tempat. "Orang ngopi itu memunculkan ide gagasan. Sekarang juga lebih variatif dengan minuman coklat," katanya.

Sementara itu, kawasan Grojogan Sewu dibuka kembali seizin Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan pertimbangan dari Pemprov Jateng dan Pemkab Karanganyar. Sebelumnya, obyek wisata ini ditutup selama kejadian luar biasa Covid-19.

Bupati Karanganyar Juliyatmono meyakini aktivitas didasari kepentingan kesehatan akan membuat nyaman semua pihak. Dia bersama seluruh stakeholder pariwisata berniat membangunnya.

"Wisata itu kebutuhan. Berada di Grojogan Sewu bisa mendatangkan inspirasi dan gagasan-gagasan. Namun ingat, perlu dipatuhi protokol kesehatannya supaya tidak memunculkan klaster baru," katanya.

Kepada mereka, Sukirdi menjamin protokol kesehatan diterapkan menyeluruh bagi pengunjung maupun karyawan. Setelah lolos screening, pengunjung didata identitsasnya. Jika rombongan, maka cukup pimpinan rombongan yang berurusan dengan petugas loket sedangkan lainnya di ruang tunggu. Cara itu supaya antrean tidak terlalu panjang. Disediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun di banyak lokasi di area itu.

Reaktivasi kunjungan wisata alam di TWA Grojogan Sewu mengedukasi pentingnya protokol kesehatan untuk mencegah muncul klaster baru penularan Covid-19. Di pekan awal dibukanya kembali obyek wisata itu, pengelola hanya melayani pengunjung di satu loket masuk saja.

Dirut PT Duta Indonesia Djaya, Sukirdi mengatakan para pengunjung Grojogan Sewu diarahkan masuk melalui loket 1 yang berada di atas. Sedangkan loket 2 di bawah ditutup. Pembatasan jumlah pengunjung melatarbelakangi penataan itu.

"Jika total pengunjung dibagi 365 hari dalam setahun, maka ketemunya sekitar 300-an orang. Kami malah tidak ingin terlalu ramai, supaya aturan pembatasan sosial dan fisik terpenuhi,” tandasnya. Muh Slamet

 

38