Home Gaya Hidup Jelajah Surga Dunia di Wisata Mangrove Lombok Barat

Jelajah Surga Dunia di Wisata Mangrove Lombok Barat

Lombok Barat, Gatra.com - Keberadaan Ekowisata Mangrove di Desa Sekotong Tengah, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) akhir-akhir ini menjadi buah bibir para pelaku pariwisata, para wisatawan domestic, mancanegara hingga para nitizen yang kerap berselancar di dunia maya. Keindahan alam pantai dipadu dengan jelajah hutan mangrove yang rindang diterpa semilir angin pesisir menjadikan kawasan ini menjadi kawasan wisata desa yang tengah digandrungi.

Kepala Dinas Pariwisata NTB HL Moh Faozal mengungkapkan eksistensi wisata mangrove ala Desa Sekotong Tengah ini akan semakin memperkuat Desa Wisata Gemilang 2020 di NTB. Konsepnya Clean, Health, Safety, Environment (CHSE) bagi penguatan tata kelola dan Kelompok sadar Wisata (Pokdarwis) dan juga pengelolaan-pengelolaan dari aktivitas kelembagaan yang lain di lokasi wisata.

“Kita bahkan akan membantu penataan wisata mangrove di lokasi itu berupa pengadaan boot work, pembangunan jembatan kayu untuk melintasi hutan mangrove baru untuk jalan keluar, kemudian penataan area parkir dan toilet portable,” kata HL Moh Faozal, Kamis (23/7).

Sebagaimana diketahui Ekowisata Mangrove Sekotong Tengah mempunyai luas sekitar 12 ha dengan panjang trek sekitar 300 meter ini seakan membawa pengunjung ke surga dunia. “Kepada pemerintah desa setempat beserta jajaran atas hasil yang telah dicapai dalam membangun wisata daerah. Perlu diingat agar perkembangan ekowisata mangrove ini tidak stagnan hanya sampai di sini. “Banyak hal yang masih bisa ditingkatkan di sini. Dari penataannya, kebersihannya, UKM-nya, agar masyarakat di sekitar ini bisa mendapatkan manfaat dari wisatawan-wisatawan yang datang,” ungkap Paozal.

Kepala Desa Sekotong Tengah Lalu Sarapudin berharap ada dukungan berkelanjutan untuk wisata mangrove. “Kita sangat berharap bantuan atau janji pembinaan dari provinsi, karena selama ini pembangunan wisata mangrove menggunakan Dana Desa,” aku Sarapudin.

Menurut Sarapudin, wisata mangrove ini telah menghabiskan lebih dari 700 juta Dana Desa. Pembangunannya dilaksanakan dua tahap pada November 2019. Kemudian dilanjutkan Februari 2020.

 

1029