Home Milenial Jaga Golden Age, Guru TK Karanganyar Lakukan Video Call

Jaga Golden Age, Guru TK Karanganyar Lakukan Video Call

Karanganyar, Gatra.com - Sulitnya memberi pendidikan karakter bagi siswa selama tak belajar di sekolah bukan tanpa solusi. Demi menjaga golden age atau generasI emas, para pengajar berupaya tetap membangun karakter positif itu meski melalui daring. 

Ketua Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) Karanganyar, Siti Amanah mengakui butuh kerja ekstra memberikan pembelajaran daring selama pandemi Covid-19. Meski metode belajarnya mengikuti teknologi yang tersedia, namun kontennya harus mengena.

Tujuannya membina kedekatan dengan peserta didik. Dari situlah ruang transfer ilmu terjalin. Terkait pendidikan karakter, wanita yang menjabat Kepala TK Negeri Pembina Tasikmadu ini memiliki jurus jitu. Para guru di sekolah ini menyapa para muridnya via videocall setiap pagi.

“Memberi contoh keteladanan. Sapa murid. Tanya sudah berkegiatan apa hari ini. Apakah memulainya dengan doa. Kemudian hal-hal ringan yang intinya menggali aktivitas anak. Kesulitan yang dihadapinya apa. Buat bahwa anak-anak selalu dipantau seperti di sekolah,” katanya kepada Gatra.com di ruang kerjanya, Selasa (4/8).

Menurutnya, model pendampingan semacam itu bagi peserta didik usia TK lebih kompleks dibanding usia SD hingga SMA. Pembentukan karakternya jangan sampai diabaikan meski sulit berinteraksi dengan para pendidik di masa pandemi.

Guna mendukung interaksi itu, TK Negeri Pembina Tasikmadu memberikan jatah kuota 11 GB per bulan ke tiap gurunya. Terdapat 7 kelas berisi maksimal 15 siswa tiap kelas di TK ini.

Ia juga mengatakan, orangtua diberi kebebasan untuk memilih antara pembelajaran daring, luring maupun kombinasinya. Ia menyadari tak semua orangtua sanggup menggantikan peran guru saat belajar di rumah.

“Home visit dilakukan jika orangtua menghendaki. Cara itu kami lakukan juga ketika muncul gejala problem pada anak,” katanya.

Kepada guru-gurunya, ia menyarankan aktif mempelajari model pembelajaran daring melalui Webinar. Hanya saja tak semua tenaga pendidik berkemampuan sama dalam menyerap teknologi informasi.

Selain itu, penggunaan gawai nirkabel untuk sarana pembelajaran juga tak merata.

“Ada anak yang diasuh neneknya sedangkan orangtuanya bekerja di luar kota. Neneknya hanya bisa terima telepon namun tak bisa mengoperasikan aplikasi di ponsel. Dalam kasus itu, kami minta para orangtua mengambil tugasnya di sekolah,” katanya.

643