Home Kesehatan Semua Pihak Perlu Terlibat Luruskan Salah Persepsi soal SKM

Semua Pihak Perlu Terlibat Luruskan Salah Persepsi soal SKM

Jakarta, Gatra.com - Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat, mengatakan, perlu kerja sama semua pihak untuk memutus salah persepsi bahwa susu kental manis (SKM) baik untuk dikonsumsi oleh anak-anak.

Arif dalam sosialisasi terkait kesehatan dan gizi untuk meningkatkan literasi gizi bagi masyarakat, khususnya para kader muslimat NU dan ibu-ibu secara virtual, Selasa (11/8), menyampaikan, perlu memutus salah persepsi tentang SKM ini karena akibatnya tidak baik.

Terkait ini, lanjut Arif, YAICI bersama PP Muslimat NU menfokuskan isu tentang ibu dan anak, terutama anjuran pemerintah yang berfokus pada program mengurangi gula darah dan lemak. Sosialisasi ini bertajuk "Mencetak Ibu milenial Pembangun Generasi Emas 2045 di Era Pademi Covid -19".

Menurutnya, ini dilakukan demi mengedukasi para ibu soal pola konsumsi gula, agar tidak salah kaprah seperti persepsi bahwa SKM sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak. Mungkin ibu-ibu kurang memperhatikan secara detail bahwa sebenernya kandungan gula yang ada dalam SKM terlalu tinggi.

YAICI juga melakukan pengumpulan data, sosialisasi, penelitian dan survei, serta edukasi masalah kandungan gula dalam SKM ini. Dari hasil survei tahun 2018, sebayak 97% ibu di Kendari dan 78% di Batam berpresepsi atau mengira bahwa susu kental manis ialah susu yang bisa dikonsumsi layaknya minum susu untuk anak.

Mereka mendapatkan informasi 73% dari Tv, radio, dan media massa lainnya. Pada di tahun 2019 di Kendari mengalami penurunan, yang awalnya 97% menjadi 37% dan di Batam dari 78% menjadi 26,7%.

Sementara itu, mantan Asisten Deputi Ketahanan Gizi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Keudayaan (Kemenko PMK), Meida Octariana, mengatakan, karakteristik generasi Z ialah menyukai makanan cepat saji, lebih banyak duduk dan bermain gadget, dan waktu tidur yang larut malam dan tidak beraktivitas.

"Pastikan selalu ada sayur dengan jumlah yang tepat pada setiap kali waktu makan utama," kata Meida.

Ibu milenial untuk menyongsong generasi 2045 dan 100 tahun Indonesia merdeka, harus mampu menyiapkan generasi emas yang bisa membangun kejayaan Indonesia. Optimalisasi kualitas tumbuh kembang anak jangka panjang, ditentukan oleh perkembangan otak selama periode kritis diawal kehidupan pada usia dini. Stimulasi merupakan kegiatan pemberian pengalaman sensoris pada anak.

"Dalam diri seorang perempuan harus ada keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif," kata Khofifah Indar Parawansa.

Menurut orang nomor satu di Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) tersebut bahwa ibu memang akan menjadi bagian penguat karena perempuan adalah "ummul madrasah".

"Senjata bagi ibu-ibu saat ini ialah senjata pengetahuan," kata dr. Ranti Hannah, SpA yang juga ibu dari kalangan milenial tersebut.

Pada hakikatnya, semua mamalia dan terutama manusia diberikan anugrah untuk dapat memberikan nutrisi terbaik untuk anaknya. Manfaat ASI bukan untuk nutrisi saja tetapi untuk imunitas anak.

Reporter: MAA

114