Home Olahraga Polemik Atlet Olimpiade Panahan

Polemik Atlet Olimpiade Panahan

Tiket Olimpiade sudah di tangan, tetapi malah muncul polemik. Itulah keadaan teranyar yang terjadi di cabang olahraga panahan Indonesia. Cerita ini bermula dari tidak dipilihnya Denny Trisjanto sebagai pelatih nasional cabang olahraga panahan menuju Olimpiade. Alasan Pengurus Besar Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (PB Perpani) tidak memilih Ketua Pengurus Provinsi (Pengprov) Jawa Timur Perpani tersebut sebagai pelatih nasional, karena dirinya tidak masuk standar seleksi.

Hal tersebut berimbas ke pencoretan tiga atlet panah andalan Indonesia, yaitu Riau Ega Agatha, Diananda Choirunnisa, dan Asiefa Nur Haensa. Mereka bertiga dianggap indisipliner karena bersikeras ingin dilatih oleh Denny dan tidak memenuhi panggilan untuk hadir di pelatnas. Pencoretan ketiga atlet ini ditanggapi oleh berbagai pihak. Itu karena ada nama Riau Ega dan Diananda yang sudah meloloskan Indonesia ke Olimpiade 2020, walaupun masih bersifat entry by number.

Riau Ega dan Diananda memastikan tiket Indonesia ke Olimpiade Tokyo 2021 setelah meraih prestasi pada Asian Games Jakarta 2018. Riau Ega yang akrab dipanggil Sinchan, berhasil meraih medali perunggu nomor recurve putra. Adapun Diananda yang akrab dipanggil Anis, mendapatkan perak nomor recurve putri. Namun, fakta mengenai prestasi yang diraih kedua atlet tersebut tidak membuat PB Perpani mengubah keputusannya. 

Ketua Umum PB Perpani, Illiza Sa"aduddin Djamal, dengan tegas menyatakan bahwa pihaknya tidak mau mengendorkan keputusannya. Menurutnya, keputusan tersebut tidak muncul begitu saja. Ada proses panjang yang mengiringinya. Jika langkah tegas berupa sanksi ini tidak diambil, dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan dan bukan tidak mungkin akan ada kejadian berulang di masa mendatang.

"Kita sudah komunikasi, kita sudah konfirmasi, dan juga kita kirimkan surat. Namun tak berbalas. Kemudian seleksi pelatih sudah dilaksanakan, kemudian ada komplain, padahal posisi pelatih Jawa Timur itu [Denny] di posisi nomor lima," ujar Illiza kepada Muhammad Guruh Nuary dari GATRA.

Illiza menjelaskan, Riau Ega menginginkan Denny tetap menjadi pelatihnya di pelatnas. Akan tetapi, sistem seleksi yang sudah dibuat PB Perpani tidak berhasil dilalui oleh Denny, sehingga harus puas hanya bercokol di posisi kelima. Hal ini membuatnya tidak bisa menjadi pelatih pelatnas, karena hanya ada tiga pelatih yang bisa ikut di pelatnas.

Anggota Komisi X DPR RI ini juga menyayangkan sikap Riau Ega tersebut. Menurutnya, olahraga panahan seharusnya membentuk kepribadian orang menjadi sabar, fokus, dan bisa mengendalikan egonya. "Saya sampaikan berkali-kali kepada Riau, mereka datang dulu saja ke Jakarta ikut pelatnas. Nanti tiga bulan ke depan kita bisa evaluasi, kalau memang tidak efektif untuk menambah prestasi, kan bisa kita ganti, bisa kita pakai format baru, tapi dia tetap ngotot dengan sikapnya," katanya.

PB Perpani telah mengirim surat kepada semua atlet panahan untuk berlatih di Jakarta pada 2 Agustus 2020. Namun, hanya atlet dari Pengprov Jawa Timur yang tidak ikut. PB Perpani juga sempat membuat grup WhatsApp berisikan atlet panahan. Namun, Riau Ega keluar dari grup dan Diananda memblokir nomor pengurus. Adapun Asiefa masih di dalam grup untuk memantau.

Illiza mengatakan, Riau Ega keluar grup WhatsApp dengan alasan karena belum ada perintah dari KONI Jatim. "Saya telepon berkali-kali ke Ega, enggak ada jawaban. Telepon ke KONI Jatim malah di-reject. Nah, ketika tidak ada jawaban yang pasti, kami lakukan rapat pengurus pusat, lalu kami buat surat pemanggilan, tapi tidak ada jawaban juga dari KONI Jatim," tuturnya.

***

GATRA telah mencoba menghubungi Denny melalui saluran telepon seluler dan WhatsApp, tetapi ia tidak memberikan tanggapan. Begitu juga dengan ketiga atlet, Riau Ega, Diananda, dan Asiefa. Ketiganya tidak merespons pertanyaan GATRA. 

Sebelum ini, seperti dikutip dari laporan Antara, Riau Ega mengatakan bahwa dirinya hanya meminta PB Perpani mengizinkannya berlatih dengan Denny sebagai pelatih. Alasannya, ia telah menjalankan program latihan bersama Denny selama delapan bulan terakhir ini, ketika pelatnas panahan belum dimulai. "Pelatih yang saya ajukan tidak asal pilih. Saya pilih pelatih yang mendampingi saya dapat tiket Olimpiade. Pada saat Olimpiade Rio de Janeiro, juga sama beliau. Saya minta permohonan itu," ujarnya, di Jakarta pada Rabu, 12 Agustus lalu.

Riau Ega mengaku lebih memilih pelatih Denny, semata agar program latihan yang telah dijalankannya selama ini bisa terus berjalan dan ia bisa fokus memperbaiki penampilannya di Olimpiade Tokyo nanti. Ia mengaku khawatir hal ini diabaikan, mengingat prioritas PB Perpani di pelatnas saat ini, yaitu menambah tiket menuju pesta olahraga terakbar empat tahunan itu.

Peraih medali perunggu Asian Games 2018 itu, bahkan mengaku rela dipotong gajinya jika PB Perpani mengizinkan Denny melatihnya selama pelatnas Olimpiade. Permohonan yang diajukan, menurutnya juga tak melanggar aturan atau undang-undang. Hal tersebut bahkan sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2017 Tentang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Pasal 12. "Jadi, permintaan saya masih sesuai dengan UU yang berlaku. Saya sudah bilang tidak digaji pun tidak masalah, yang penting bisa didampingi," ujarnya.

Polemik pencoretan tiga atlet elite panahan pelatnas Olimpiade ini, juga mencuri perhatian Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali. Namun ia mengatakan, ada keterbatasan ruang gerak di aturan yang membuat Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak boleh terlalu dalam mencampuri internal cabang olahraga.

"Makanya, saya meminta Pak Marciano [Ketua Umum KONI] untuk menyelesaikan polemik yang terjadi pada pelatnas panahan Olimpiade, dan Pak Marciano juga telah berjanji akan segera bertemu dengan bu Illiza Sa"aduddin selaku Ketua Umum PB Perpani," ujar Zainuin saat menerima panitia Road Race Team Championships dan Motorcross Team Championships 2020 di Gedung Kemenpora Jakarta, Rabu pekan lalu.   

Adapun Marciano Norman mengaku siap melakukan mediasi dengan PB Perpani, terkait polemik pencoretan tiga pemanah asal Jawa Timur itu. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini mengatakan, dirinya akan berusaha mencari solusi terbaik demi suksesnya cabang olahraga panahan pada pesta olahraga akbar empat tahunan dunia itu.

"Sebagai induk semua cabang olahraga (cabor), KONI Pusat akan mencari solusi terbaik demi meraih prestasi untuk mengangkat nama bangsa dan negara," ucap Marciano usai menutup Rapat Kerja Nasional (Rakernas) KONI di Gedung KONI Pusat, Kamis pekan lalu.

Marciano menuturkan, polemik pencoretan tiga atlet asal Jawa Timur itu harus segera diselesaikan supaya mereka memiliki waktu lebih lama untuk berlatih. Waktu persiapan harus dimanfaatkan untuk meraih hasil maksimal dalam Olimpiade Tokyo. "Polemik harus cepat diselesaikan, agar waktu persiapan bisa dimanfaatkan dengan maksimal di tengah kondisi pandemi Covid-19," katanya.

Menurut Marciano, KONI masih menginginkan Riau Ega, Diananda, dan Asiefa berada dalam pelatnas panahan. "Mereka itu yang terbaik, di mana Riau Ega dan Diananda yang berjasa mendapatkan tiket ke Olimpiade Tokyo 2021," ucapnya, seperti dilaporkan Dwi Reka Barokah dari GATRA.

Hidayat Adhiningrat P.