Home Ekonomi Cara Pembatik Sukoharjo Bertahan di Tengah Pandemi

Cara Pembatik Sukoharjo Bertahan di Tengah Pandemi

Sukoharjo, Gatra.com - Setiap Tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Hanya saja, pada tahun 2020 atau masa pandemi Covid-19 kali ini, pengrajin dan usaha Batik di Sukoharjo mengalami penurunan sampai 50 persen.

Salah satu usaha batik yang terdampak yakni Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Batik Adi Busana yang berada di Desa Cangkol, Kecamatan Mojolaban harus berjuang menghadapi Pandemi Corona. 

Pemilik juga pengrajin Batik Adi Busana, Yayuk  menuturkan, ada penurunan omset penjualan dan produksi sejak pandemi Corona Maret lalu.

"Pandemi Corona ini sangat berat, jadi ada pengurangan produksi, karena saat ini juga susah penjualannya, untuk penjualan produksi menurun sampai 50-60 persen," ucapnya Jum'at (2/10).

Meski terdapat pengurangan produksi, namun Yayuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi 25 karyawannya. PHK tersebut tidak dilakukan lantaran menurut Yayuk mereka sudah mempunyai keahlian khusus dalam membatik. 

"Kalau tidak saya kasih pekerjaan, mereka akan nganggur dan mencari pekerjaan itu susah, akhirnya saya kurangin produksi dan saya kurangi hari masuk kerja," terangnya.

Menurut Yayuk, mayoritas pembeli kain batik ini berasal dari pengusaha butik dan penjual toko batik, baik dari dalam kota maupun luar kota. Namun karena masih Pandemi maka jumlah orderan sangat menurun. Kondisi ini sangat memukul para perajin batik.

"Mereka (pengusaha butik dan penjual toko batik) juga merasa sepi dan akhirnya stop tidak mengambil kain ke kita dulu karena mereka menghabiskan stok yang lama, padahal kalau rame sebulan sekali ngambil," ujarnya.

Batik Adi Busana ini diketahui sudah berdiri sejak 40 tahun yang lalu. Selama itu sudah ada ratusan jenis motif batik diproduksi. Bahkan salah satu yang menjadi khas Batik Adi Busana yakni Batik Gambir. Batik Gambir tersebut bermula dari ide Yayuk yang kala itu melihat seseorang sedang "Nginang" menggunakan daun sirih. 

"Jaman dulu orang Nginang pakek sirih dan bibirnya warna hitam dan awet tidak bisa hilang, akhirnya saya membuat batik dari Gambir itu, dan ternyata di pasaran sangat diminati," jelasnya.

Batik Gambir ini dibanderol mulai harga Rp 200 ribu hingga jutaan. Sementara itu untuk pengembangan motifnya, Yayuk mengungkapkan tergantung dari keadaan lingkungan.

"Pengembangan motif nurut saya aja, pas pergi kemana lihat apa saya gitu, tuangkan di motif batik-batik itu, coba-coba saja," katanya.

Yayuk menambahkan, sejumlah pejabat juga sudah pernah menggunakan hasil karyanya, seperti Cahyo Kumolo, Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

294