Home Olahraga Simalakama Izin Trunojoyo

Simalakama Izin Trunojoyo

Nasib kompetisi sepak bola nasional masih belum jelas. Kepastian akan digelar atau tidak, digantung oleh izin keramaian Polri. Jika sampai Liga 1 dan 2 disetop, akan berdampak luas bagi ekosistem sepak bola nasional.


Pagebluk Covid-19 belum berakhir. Tren penularan virus corona di tengah masyarakat terus bertambah. Memasuki delapan bulan pandemi, penularan wabah belum terkendali. Kondisi itulah yang berdampak pada dunia sepak bola di Indonesia, khususnya untuk kompetisi Liga 1 dan 2 yang harus dihentikan sejak 14 Maret lalu. Tragisnya, nasib kompetisi harus terkatung-katung hingga kini: apakah lanjut atau dihentikan total.

Situasi tidak pasti itu disebabkan oleh belum keluarnya izin keramaian dari Kepolisian Republik Indonesia untuk menggelar liga kembali. Apesnya, sampai saat ini pihak kepolisian belum menunjukkan gelagat akan merestui gelaran sepak bola antarklub terbesar di Indonesia ini.

Kepala Biro Penerangan Humas Polri (Karo Penmas), Brigjen Awi Setiyono, mengatakan bahwa kasus Covid-19 masih tinggi menjadi faktor penyebab belum keluarnya izin pertandingan. "Polri belum mengeluarkan izin keramaian," kata Awi melalui pesan WhatsApp kepada Erlina Fury Santika dari GATRA, Senin, 26 Oktober sore.

Sebelumnya, Kadiv Humas Polri, Irjen Argo Yuwono, sudah menyatakan bahwa pihaknya tidak memberikan izin keramaian pada Liga 1 dan 2 yang rencana awalnya akan digelar kembali Oktober 2020. Alasanya, meliputi tiga poin pertimbangan. Pertama, Covid-19 masih menjangkiti masyarakat dengan angka kasus yang tinggi. Kedua, Polri juga sudah mengeluarkan Maklumat Kapolri terkait tindakan terhadap kerumunan atau keramaian.

Ketiga, Polri bersama TNI serta stakeholder lainnya saat ini berkonsentrasi mendukung kebijakan pemerintah dengan melaksanakan operasi yustisi di seluruh jajaran dalam rangka menekan dan memutus rantai penyebaran Covid-19. "Saat ini, Polri bersama TNI dan seluruh stakeholder terkait, fokus melakukan penegakan hukum bagi pelanggar protokol kesehatan," kata Argo.

***

Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Akhmad Hadian Lukita, mengatakan belum ada perkembangan apa pun dari surat yang sudah diajukan PSSI terkait izin menjalani lagi kompetisi. "Belum ada jawaban dari Polri. PSSI sudah kirim surat, tetapi belum ada respons tuh, tertulis maupun tidak tertulis," ujarnya kepada Muhammad Guruh Nuary dari GATRA.

Hadian mengakui, kerugian yang dialami PT LIB selama tak berjalannya kompetisi tak terlalu signifikan. Namun, beberapa keperluan untuk kelanjutan liga terlanjur dijalankan, seperti tes PCR, booking hotel, dan biaya transportasi untuk bus yang sudah disebar ke beberapa tempat—seturut rencana penyelenggaraan liga pada awal Oktober 2020 yang berujung kegagalan.

Lebih jauh, Hadian mengatakan bahwa jika memang liga akhirnya dihentikan, masalah kerugian bukan nomor satu. Ia justru memikirkan ekosistem liga yang akan terganggu untuk musim berikutnya. "Yang saya lihat ini ekosistemnya, bukan soal uang saja. Jadi, bayangkan pemain kontraknya hilang semua, terus industrinya mati," ia memaparkan.

Belum lagi urusan dengan pihak sponsor yang harus dimulai dari nol. "Bayangkan juga pelatih, wasit, yang tidak ada pekerjaan. Dampaknya sangat luas, bahkan satu generasi bisa hilang," ucap Hadian.

Dampak besar juga akan menyentuh persiapan tim nasional. Oleh karena itu, Hadian berharap ada kejelasan dan kepastian untuk segera menyusun langkah selanjutnya, apakah bisa diteruskan atau malah diberhentikan total. "Kan semua orang butuh kejelasan saja. Ya, paling tidak bisa membuat perencanaan yang lebih matang ke depan kalau memang sudah ada keputusannya," ujarnya.

Hal serupa diucapkan Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong. Seperti dikutip dari laman PSSI, Shin menyebut ujung dari sebuah kompetisi itu timnas. Di kompetisi resmi, pemain akan mendapatkan atmosfer pertandingan. Ini beda dengan hanya penyelenggaraan training camp dan uji coba dengan timnas negara lain atau klub. Oleh karena itu, pelatih asal Korea Selatan ini mengotot kompetisi Liga 1 dan Liga 2 kembali digelar.

"Jadi, tidak bisa menunda-nunda kompetisi, karena ini menjadi bagian penting dalam perjalanan sebuah timnas. Lebih cepat kompetisi digelar lagi, akan makin bagus," kata Shin.

Pendapat serupa diungkapkan Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan. Ia menekankan pentingnya memutar kembali kompetisi Liga 1 dan Liga 2 sebagai ajang persiapan Timnas Indonesia, khususnya Timnas U-19 yang menuju Piala Dunia U-20 2021. "Artinya, setelah TC selesai, pemain dikembalikan ke klub masing-masing untuk mengikuti kompetisi," ucapnya.

CEO Bali United, Yabes Tanuri, berharap bahwa Liga Indonesia, baik liga 1 dan liga 2, masih bisa bergulir. Yabes menyebut jika liga sampai disetop, tentu akan berdampak luas. Hingga kini, Bali United mengeklaim masih mampu bertahan dan para pemain tetap mendapatkan haknya. "Bukan cuma pemain, tetapi pemain dan ofisial juga masih memperoleh haknya," ujarnya. 

Namun Yabes mengakui, klubnya mengalami kerugian yang antara lain datang dari penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 72 terbaru—aturan bagaimana cara pendapatan dapat diakui. Selain itu, karena tidak adanya suporter yang dapat mendukung klub secara langsung di lapangan. "Meski merugi, kita tak mengharapkan sampai mengalami kebangkrutan," ucapnya.

***

Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, mengatakan bahwa keadaan seperti sekarang, membuat serba sulit dunia sepak bola. Pandemi Covid-19 telah mengubah alur dunia. Kompetisi liga, penting dijalankan untuk kesembuhan psikis dan psikologi masyarakat.

Dengan olahraga, bisa meningkatkan imun tubuh bagi atlet dan dampak ke masyarakat yang menyaksikan lalu terhibur, bisa juga untuk menjaga imun di tengah pandemi. "Karena kan hal-hal itu bisa meningkatkan imun tubuh di tengah keadaan yang belum tahu kapan vaksin akan hadir," ujarnya.

Akmal juga menawarkan solusi jika memang liga Indonesia ini berujung disetop. Setidaknya PSSI masih bisa mengadakan turnamen, contohnya Piala Presiden. "Gelar saja Piala Presiden, kan mencakup beberapa tim Liga 1 dan Liga 2. Turnamen ini di satu tempat, cuma di Yogyakarta saja. Saya yakin, ini kemudian bisa menjadi hiburan bagi masyarakat," katanya.

Tentunya, kata Akmal, turnamen ini diadakan dengan protokol yang ketat. Jika hal itu terlaksana, bisa dijadikan bagian dari simulasi untuk menentukan musim selanjutnya pada 2021. "Toh turnamen, timnya lebih sedikit, lebih kecil cakupan pesertanya, dan bisa digelar dengan pengawasan yang ketat juga dibanding liga yang harus menggelar 30 pertandingan," kata Akmal.

Menurut Akmal, saat ini klub sudah terlanjur rugi. Klub dibebani kewajiban bayar gaji, perawatan stadion, biaya sewa latihan, dan lain-lain. "Ya sudah pasti rugi, tapi kan pola masukannya akan sama juga. Artinya, solusinya ya melanjutkan atau membuat kompetisi baru dengan menjalankan protokol kesehatan," ujarnya.

Gandhi Achmad