Home Info Sawit Masih Soal Lika-Liku Kelapa Sawit Petani Itu

Masih Soal Lika-Liku Kelapa Sawit Petani Itu

Pekanbaru, Gatra.com - Setelah CPO dan kernel ready, proses pengangkutan ke pelabuhan dilakukan. Untuk ini, pabrik butuh duit untuk biaya angkut ke pelabuhan Rp181,48 perkilogram dan biaya pemasaran Rp44,05 perkilogram. Totalnya Rp225,53.

Kalau ditotal semua biaya tadi; Rp210,38 + Rp225,53, maka sudah Rp435,91 biaya yang habis. Oleh pabrik, semua pengeluaran ini dimasukkan dalam variabel indek K, persentase yang menjadi penentu dalam penetapan harga TBS petani. Makin tinggi indeks K, makin besarlah persentase duit yang diterima petani.

Pada perhitungan harga di Disbun Riau tadi, dengan harga CPO dan Kernel segitu dengan patokan rendemen 0,2049 dan 0,0496, petani kebagian harga TBS dari CPO Rp1.999,87 dan dari Kernel Rp234,94. Kalau ditotal, menjadi Rp2.234,81.

Baca juga: Tentang Lika-Liku Kelapa Sawit Petani Itu

Tapi gara-gara semua biaya pengolahan dibebankan kepada petani, harga TBS tadi hanya bisa di angka Rp1.798,91.

"Yang menjadi pertanyaan justru, kenapa petani tidak kebagian duit penjualan Kernel secara proporsional?," katanya.

Sementara Kernel yang dijual seharga Rp4.736,74 itu kata ayah 3 anak ini dihasilkan dari TBS petani dan proses pengolahan menjadi Kernel hingga sampai ke pelabuhan, ongkosnya diambil dari petani.

Kalau petani menjual TBS nya sebanyak 2 ton ke pabrik, jika mengacu pada hitungan di atas tadi, maka Kernel yang dihasilkan petani adalah 4% x 2000 = 80 kilogram. Ini berarti duit yang dihasilkan dari Kernel itu Rp4.736,74 x 80 = Rp378.939,2.

Angka itu menjadi masuk akal lantaran itu tadi. Ongkos mengolah TBS menjadi CPO dan Kernel sudah dipotong dari harga beli TBS petani.

Kalau misalnya uang Kernel ini didapat, maka dalam tiap 2 ton TBS, petani akan kebagian duit Rp1.798,91x2000+378.939,2= Rp3.976.759,2.

Dan bila ditambah dengan 10% potongan yang dibikin tengkulak, 100 x Rp1.798,91 + Rp3.976.759,2 = Rp4.156.650,2. Kalau misalnya ongkos produksi kebun 60%, petani masih bisa mengantongi duit Rp1.662.660,08.

Dan duit segitu jika penjualan Kernel diterima petani dan potongan di tengkulak tidak ada. Kalau ditambah lagi hasil penjualan tandan kosong dan serat fiber, pundi-pundi petani dipastikan akan gendut dari hasil 2 ton TBS nya.

Tapi apa mau dikata, hitungan tadi cuma angan-angan. Sebab boro-boro dapat duit yang seperti itu, selain oleh sederet potongan-potongan tadi, petani masih dicekik lagi oleh pungutan ekspor yang oleh pengusaha, pungutan itu dibebankan kepada petani. Banyak orang menghitung, dengan pungutan ekspor $US55 perton CPO, petani kehilangan duit Rp150 perkilogram TBS!

Kalau dalam sebulan seorang petani bisa menjual 4 ton TBS ke pabrik, maka dia akan kehilangan duit Rp600.000, setahun, 12 x Rp600.000 = Rp7.200.000!

Jika dirunut lagi dari atas, hitungan saja sudah berapa kerugian petani kelapa sawit sepanjang proses pengolahan TBS itu.

Santha Buana, saat masih menjadi Plt Ketua DPW Apkasindo Riau menyebut kalau PKS tak melulu menjadi pihak yang disalahkan dalam formula yang ada itu. Sebab PKS adalah ranah bisnis. Tak ada pebisnis yang mau rugi, apalagi saat menetapkan indeks K.

Jamak orang tahu, kalau PKS tidak saja hanya menerima TBS dari mitra yang sudah jelas kualitas perawatan kebunnya, tapi juga dari seluruh lapisan petani kelapa sawit. Artinya, ada TBS siluman --- TBS yang tidak terdeteksi kadar rendemennya --- yang masuk ke pabrik.

Biar aman, PKS membikin subsidi silang dan pemotongan timbangan. Hanya saja kata Santha, potongan timbangan itu bukan dibawa pulang oleh si pemilik TBS, tapi tetap saja masuk ke pabrik.

"Mestinya hasil potongan itu bisa dijadikan variable untuk tidak terlalu menekan indeks K," kata lelaki 37 tahun ini.

Lantas terkait potongan-potongan dan potensi duit yang tak didapat oleh petani? Inilah barangkali yang membikin Apkasindo terus menggembar-gemborkan soal tata niaga sawit itu, segera diperbaiki.

Sebab jika tata niaga sawit tidak segera diberesi, program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang kini sedang berjalan, dampaknya di masa mendatang enggak juga akan membikin petani sejahtera.

Sebab meski secara produksi dan kualitas meningkat, tapi duit petani tetap saja 'dijarah' secara halus lewat sederet potongan dan keberadaan Kernel, cangkang, tandan kosong dan fiber tadi.


Abdul Aziz

 

80