Home Info Sawit Tekad Pembuktian Anak Rupat Utara

Tekad Pembuktian Anak Rupat Utara

Yogyakarta, Gatra.com - Kalau urusan mendengar omongan tak sedap tentang dirinya, Muhammad Waris boleh dibilang sudah kebal. Waktu baru taman dari SMK Kehutanan di Rupat Utara Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, misalnya.

“Ngapain juga sekolah SMK kalau ujung-ujungnya jadi tukang cuci sepeda motor? Begitulah orang menyindir saya. Sebab waktu itu memang saya kerja di tempat cucian sepeda motor,” cerita anak ketiga dari empat bersaudara ini saat bincang-bincang dengan Gatra.com di kantin kampus AKPY di kawasan Sleman Yogyakarta itu, tiga pekan lalu.

Lantas giliran sudah lulus menjadi mahasiswa beasiswa sawit di Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY),”Ngapain kuliah jauh-jauh kalau akan jadi tukang dodos kelapa sawit, begitu pula kata orang ke saya,” katanya.

Saat Waris menjelaskan kalau dia di jurusan perawatan tanaman, “Ngapain juga kalau hanya akan jadi tukang seprot,” Waris nyengir sendiri membayangkan cemoohan orang di kampungnya itu.

Sebetulnya kata Waris, kakak dan abangnya juga kuliah, tapi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis. Lantaran abangnya belum kelar kuliah, Waris ragu untuk minta kuliah kepada orangtuanya.

Dia tahu, penghasilan orang tua yang cuma punya sedikit kebun kelapa sawit dan karet, enggak akan cukup untuk membiayai kuliah dua orang sekaligus. Itulah makanya kemudian dia mencoba peruntungan kuliah lewat bidik misi. Sayang, lantaran terlalu jauh dari kota, dia ketinggalan informasi.

“Beasiswa sawit ini dapat infonya dari facebook, paman saya yang kebetulan menengok. Lantas beliau menyarankan saya untuk ikut test, beliau juga yang mengarakan saya memilih jurusan perawatan tanaman itu. Bagi saya enggak masalah, enggak begitu jauhlah dari jurusan kehutanan,” kenangnya.

Namanya tinggal di kampung, Waris sempat kelabakan untuk mengupload persyaratan test beasiswa tadi.

“Di tempat saya sinyal kurang bagus, saya terpaksa pergi ke Dermaga Polair sekitar 12 menit dari rumah. Di sana sinyal HP lumayan bagus, meski menuju ke sana lumayan susah lantaran jalan aspal sudah hancur semua,” katanya.

Sekarang setelah menjadi mahasiswa sawit dan sudah pernah pula ke kawasan pelatihan AKPY di Ungaran Semarang Jawa Tengah, Waris semakin semangat. Sebab sepanjang perjalanan itu, ilmunya langsung bertambah. Dia sudah bisa membedakan mana bibit sawit Dura dan Tenera.

“Saya akan buktikan kalau di Yogya saya enggak sekadar kuliah. Kelar dari sini, saya mau kerja dulu, cari modal untuk mengurusi sawit orang tua saya di kampung. Saya ingin buktikan kepada masyarakat di kampung kalau ilmu yang saya dapat dari Yogya sangat berguna,” Waris bertekad.


Abdul Aziz

 

74