Home Kebencanaan Gempa & Deformasi Berkurang, Ancaman Bahaya Merapi Bergeser

Gempa & Deformasi Berkurang, Ancaman Bahaya Merapi Bergeser

Yogyakarta, Gatra.com - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengubah potensi dan rekomendasi bahaya dari ancaman aktivitas vulkanik Merapi. Pengungsi di Barak Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, sudah bisa kembali ke rumahnya.  
 
Kepala Seksi Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan aktivitas kegempaan dan deformasi Merapi menurun secaa drastis. Penurunan itu sudah terjadi sejak Jumat (1/1) lalu. 
 
"Per 11 dan 12 Januari anjlok. Laju deformasi tadinya yang paling tinggi 21 centimeter per hari, turun sudah menjadi dua centimeter per hari. Sebelum-sebelumnya jumlah gempa internal per hari sampai ratusan. Sedangkan kemarin, gempa internal 27 kali per hari," kata Agus dalam konferensi pers virtual, Sabtu (16/1). 
 
Agus mengatakan kondisi ini menunjukkan kemungkinan letusan efusif atau lelehan lebih dominan hingga 40 persen ketimbang terjadinya erupsi eksplosif.
 
"Erupsi mengarah ke barat daya. Sangat berbeda dengan rekomendasi sebelumnya yang ternyata deformasi besar di barat laut dan seismitas sangat tinggi. Adanya perbedaan ini (membuat) potensi bahaya bergeser dan rekomendasi kami perlu disesuaikan," katanya. 
 
Menurut Agus, fase erupsi Merapi 2021 dimulai sejak 4 Januari lalu. Kubah lava 2021 teramati berada di sekitar tebing lava 1997. Kubah lava ini berukuran 46.766 meter kubik dengan laju pertumbuhan sekitar 8.500 meter kubik per hari.
 
Agus mengatakan selama fase erupsi 2021 ini sudah terjadi tujuh kali awan panas. Terbaru, awan panas terpantau pada Sabtu (16/1) pukul 04.00 WIB berdurasi 150 detik dan tinggi asap 500 meter.
 
Jarak luncur awan panas itu mencapai 1,5 kilometer mengarah ke Sungai Boyong. "Saat itu tidak teramatasi ujung awan panas, tapi dari durasi kami perkirakan menjangkau 1,5 kilometer," katanya. 
 
Agus mengatakan potensi bahaya Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal lima kilometer.
 
Selain itu, masih ada kemungkinan letusan eksplosif dengan lontaran material vulkanik yang dapat menjangkau hingga tiga kilometer dari puncak. 
 
Agus berkata masyarakat yang tinggal di luar daerah bahaya sebenarnya sudah bisa kembali ke rumah. Namun hal itu tergantung keputusan pemda dan warga tetap harus menyesuaikan perkembangn aktivitas Merapi.
 
"Intinya masyarakat bisa tinggal di pemukiman mereka yang berada di luar daerah bahaya. (Pengungsi Glagaharjo) Bisa (pulang), tapi tergantung dari pemda karena pemda ini yang melakukan penanggulangan bencana, sedangkan kami rekomendasi bahaya. Barangkali ada pertimbangan lain seperti psikologis. Ini wewenang dari pemda," ucapnya.
344