Home Internasional WHO: Terlalu Dini Eropa Melonggarkan Pembatasan Covid-19

WHO: Terlalu Dini Eropa Melonggarkan Pembatasan Covid-19

Kopenhagen, Gatra.com - Organisasi Kesehatan Dunia di Eropa pada Kamis mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk melonggarkan pembatasan virus di Eropa, meskipun terjadi penurunan kasus baru di sebagian besar negara.

Direktur regional WHO untuk Eropa, Hans Kluge mengatakan 30 dari 53 negara di kawasan Eropa telah terjadi penurunan yang signifikan dalam insiden kumulatif 14 hari.

"Namun, tingkat penularan di seluruh Eropa masih sangat tinggi, mempengaruhi sistem kesehatan dan layanan yang melelahkan, terlalu dini untuk mereda," kata Kluge dalam konferensi pers online, dikutip AFP, Kamis (28/1).

Direktur regional juga mencatat bahwa hanya tiga persen orang di wilayah tersebut yang sudah dikonfirmasi terinfeksi, yakni daerah yang pernah terinfeksi bisa terkena lagi.

Kluge menggambarkan situasi saat ini sebagai paradoks pandemi, kendati peluncuran vaksin menawarkan harapan luar biasa.

Menurut WHO, di Wilayah Eropa, yang mencakup Rusia dan beberapa negara Asia Tengah, mencatat sudah 35 negara telah memulai vaksinasi.

Sedangkan untuk varian baru yang pertama kali ditemukan di Inggris, telah dikonfirmasi menyebar di 33 negara dan varian yang pertama kali diidentifikasi terdapat Afrika Selatan telah dilaporkan di 16 negara.

Menurut penghitungan AFP sendiri untuk Eropa, terkecuali beberapa negara Asia Tengah di kawasan Eropa, kasus baru berjumlah 1.421.692 dalam tujuh hari terakhir, turun sekitar 10 persen dibandingkan dengan tujuh hari sebelumnya.

Beberapa hari lagi sejak satu tahun kasus pertama Covid-19 yang dikonfirmasi di Eropa, Kluge menyebut bahwa memutus rantai transmisi adalah prioritas yang jelas.

Ia juga menekankan dampak pandemi terhadap kesehatan mental yang kini begitu parah yang bisa disejajarkan menjadi pandemi paralel.

Mengutip angka dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Kluge mengatakan setengah dari orang-orang yang berusia antara 18 dan 29 tahun, serta 20 persen dari petugas kesehatan, menderita kecemasan dan depresi.

127