Home Kebencanaan Aktivitas Merapi Menurun, BPPTKG Belum Simpulkan Erupsi Usai

Aktivitas Merapi Menurun, BPPTKG Belum Simpulkan Erupsi Usai

Yogyakarta, Gatra.com – Data seismik, deformasi, dan gas pada aktivitas vulkanik Gunung Merapi cenderung menurun seminggu terakhir ini. Pertumbuhan kubah lava dan potensi terjadinya awan panas pun diprediksi semakin menurun.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, mengatakan volume kubah lava mencapai 158 ribu meter kubik pada Senin (25/1) lalu. Namun volume tersebut menurun menjadi 62 ribu meter kubik pada Kamis (28/1) karena aktivitas guguran dan awan panas.

“Jadi penurunan volume kubah lava karena memang sebagian sudah terlontar pada saat terjadi awan panas,” kata Hanik saat konferensi pers daring soal aktivitas Merapi terbaru, Jumat (29/1).

Hanik mengatakan mengecilnya volume kubah lava itu mengurangi potensi munculnya awan panas. “Secara umum mengurangi potensi bahaya. Terjadinya awan panas, potensinya bisa menurun,” katanya.

Menurut Hanik, saat ini masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa proses erupsi sudah selesai. BPPTKG terus memantau perkembangan Merapi. 

“Kita tunggu perkembangannya. Masih belum bisa disimpulkan (erupsi selesai),” kata dia.

Selama seminggu terakhir, pengamatan BPPTKG menunjukkan guguran lava pijar terjadi 230 kali dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke arah barat daya ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.

Sedangkan awan panas guguran terjadi 71 kali dengan jarak luncur maksimal 3.500 meter arah Kali Boyong dan terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimal 70 milimeter dan durasi 240 detik.

Menurut Hanik, selama seminggu terakhir aktivitas Merapi cukup menonjol pada Rabu (27/1), yakni teramati 52 kali awan panas dengan jarak maksimum 3.000 meter.

“Kami mengambil gambar esok harinya. Kami mengonfirmasi sejauh mana awan panas. Ternyata data drone kami awan panas jaraknya sejauh 3,2 kilometer. Kemudian kalau untuk pengukuran jarak miring, 3,5 kilometer. Ini titik terakhir dari awan panas,” katanya.

Merapi memasuki fase erupsi sejak 4 Januari 2021 lalu. Sejak 7 Januari sampai saat ini terjadi 96 kali awan panas. Sedangkan kemungkinan erupsi didominasi letusan efusif atau lelehan yakni sebesar 43 persen.

Pada pekan ini, deformasi pada Merapi yang dipantau melalui Electronic Distance Measurements (EDM) menunjukkan laju pemendekan jarak 0,4 centimeter per hari. Angka ini menurun dibanding periode sebelumnya, 15 - 21 Januari yang menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 0,8 centimeter per hari.

Hanik mengatakan, awan panas juga masih berpotensi terjadi. Bahaya awan panas dan guguran lava berpotensi ke alur Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer.

Hanik mengimbau masyarakat tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut karena awan panas guguran dan lahar hujan sewaktu-waktu dapat terjadi.

“BPPTKG terus melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Merapi akan segera kami tinjau kembali,” ucapnya.

117