Home Ekonomi Vila dan Hotel di Tawangmangu Terancam Gulung Tikar

Vila dan Hotel di Tawangmangu Terancam Gulung Tikar

Karanganyar, Gatra.com - Kondisi sulit berbisnis dialami pemilik usaha perhotelan di Tawangmangu. Aset-asetnya mulai digadaikan untuk menebus utang dan membiayai operasional usaha. Pendapatannya kian tak bisa diandalkan akibat pembatasan kegiatan masyarakat. 

Penasihat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Karanganyar, Kawardi mengatakan hotel dan vila di Tawangmangu tak bisa lagi meneguk manisnya peak season. Hari-hari khusus yang biasanya ramai tamu, sudah tak berlaku lagi. Sekarang, tingkat keterisian rata-rata hanya 20 persen. Bahkan sejumlah vila dan hotel kelas melati sering tanpa tamu sama sekali. 

"Faktornya PPKM, sekarang dilanjutkan ke mikro. Kalau misalnya ada yang positif Covid-19 di sekitar hotel, apa enggak repot. Tentu hotel harus tutup. Sebelum ini sudah sepi sekali," katanya kepada wartawan, Rabu (10/2). 

Ia paham betul situasi sulit yang dialami pengusaha vila dan hotel. Puluhan tahun berkecimpung di bisnis itu, Kawardi merasa paling berat beban operasional di masa pandemi Covid-19. Opsi merumahkan sebagian karyawan ternyata masih belum cukup. Beberapa menawarkan aset propertinya. Namun bagi yang masih sayang, lebih memilih menjadikannya agunan di bank. Lantas, uang pinjaman bank dipakai menutup biaya yang tak bisa ditambal oleh penghasilan. 

Marketing Communication Nava Hotel Tawangmangu, Devi Susanti menyampaikan, adanya kebijakan PPKM tahap pertama dan kedua, berdampak besar terhadap penurunan tingkat hunian. Selain itu juga berdampak terhadap beberapa event atau acara lainnya yang digelar di hotel. 

"Januari 2021 tingkat hunian turun rata-rata 30 hingga 35 persen. Untuk acara turun sampai 60 persen seperti gathering, event, dan lainnya," katanya.

Menurutnya, adanya PPKM sebenarnya untuk tamu non-grup tidak terlalu mengalami penurunan drastis. Hanya saja tamu dari grup itulah yang terasa sekali penurunannya. Ada beberapa acara yang terpaksa dibatalkan karena adanya pembatasan kegiatan. Dia menjelaskan, pengelola lantas melakukan efisiensi untuk dapat tetap bertahan dalam kondisi seperti saat ini. Seperti penghematan daya listrik, merumahkan karyawan dengan sistem libur tanpa dibayar, serta penghematan pengeluaran yang sekira tidak diperlukan.

 

4632