Home Gaya Hidup Kilas Balik, Sejarah Berdirinya Lokalisasi Lorong Indah Pati

Kilas Balik, Sejarah Berdirinya Lokalisasi Lorong Indah Pati

Pati, Gatra.com- Siapa yang tak kenal dengan Lorong Indah (LI), lokalisasi terbesar di Kabupaten Pati, Jawa Tengah bahkan diantara kabupaten sekitar. Meski begitu, belum banyak yang tahu, sejak kapan tempat prostitusi ini berdiri.

Lokalisasi ini berlokasi di tengah persawahan Desa/Kecamatan Margorejo, dan jauh dari permukiman penduduk. Terletak sejauh 4,3 kilometer dari pusat kota Pati, dengan jarak tempuh sekitar 15 menit.

Tempat pelesir para lelaki hidung belang ini berdiri pada tahun 1998. Tepatnya saat krisis moneter menerjang Indonesia yang menyebabkan inflasi rupiah besar-besaran.

Harga bahan pokok melejit naik dan menyebabkan kekacauan saat itu. Kerusuhan tidak hanya terjadi di kota besar saja, tetapi merambah di sejumlah daerah, termasuk di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani.

Di Pati, kerusuhan menyebabkan kompleks prostitusi Bletek, Dukuh Bertek, Desa Dadirejo, Kecamatan Margorejo, dirusak dan dibakar massa.

“LI ada sejak 1998, pada era krisis, pasca pembumihangusan lokalisasi Bletek. Saat itu Bletek dirusak dan dibakar massa,” kenang Setyo Budi Wibowo, Kamis (11/2).

Pasca lokalisasi Bletek rata dengan tanah, sebagian penghuninya kembali ke daerah asal. Dan tidak sedikit yang tetap menggantungkan hidup dengan menjajakan diri, karena ekonomi yang jatuh habis-habisan.

Pilihannya, mangkal di lahan kosong tengah persawahan, dan lambat laun dikenal dengan istilah Lorog Indah. Lokasi itu pun, lambat laun dikenal luas di dunia hiburan malam, dan kini masyhur dengan nama Lorong Indah.

“Dulu namanya Lorog Indah, bukan Lorong Indah. Lorog itu bahasa daerah sini, atau bisa diartikan lahan kosong. Mungkin diganti Lorong Indah karena nama itu lebih menjual,” ungkap kakek berusia 71 tahun itu.

Menengok jauh kebelakang sebelum tahun 1998, kakek kelahiran tahun 1950 ini mengungkapkan, LI kali pertama didirkan oleh seorang tokoh bernama Saru. Awalnya, Saru mendirikan warung kecil di lahan kosong seluas 1 hektare di tengah sawah.

Lambat laun lahan ini berkembang pesat, pasca kerusuhan Bletek sampai sekarang. Hingga pada tahun 2021 ini, tercatat jika kompleks ini memiliki lebih dari 200 kepala keluarga (KK).

“Awalnya Pak Saru, lalu berkembang ada warga lain yang mendirikan warung makan. Lalu hadir wanita penghibur. Ada pula warung makan yang membuat bilik-bilik kamar juga saat itu,” jelas Bowo.

Terhitung ada sejumlah gang di tempat ini, di situ berjejer bangunan yang kebanyakan diperuntukkan untuk bisnis cinta satu malam. Disamping, toko-toko yang menjual keperluan sehari-hari bagi warga setempat.

Penghuninya sendiri, tidak sedikit yang berasal dari luar daerah. Dan tidak hanya didominasi dari Pati. Sehingga menimbulkan keanekaragaman interaksi sosial.

“Sebenarnya, LI sudah ada jauh sebelum Bletek dibinasakan. Hanya saja, berupa warung milik Pak Saru itu. Para Wanita Tuna Susila (WTS) Bletek sebagian pindah ke situ juga,” terang pria yang masih aktif berprofesi sebagai penulis itu.

11469