Home Ekonomi Riau Tak Dilibatkan dalam Transisi Blok Rokan ke Pertamina

Riau Tak Dilibatkan dalam Transisi Blok Rokan ke Pertamina

Pekanbaru,Gatra.com- Ketua Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR), Chaidir,mengungkapkan pihak daerah tidak sepenuhnya dilibatkan dalam perencanaan pengolahan Blok Rokan ke depan. Hal ini lantaran nihilnya pelibatan daerah dalam Tim Transisi Blok Rokan.

Menurut Chadir, absenya daerah dalam kerja Tim Transisi Blok Rokan dilatari oleh  sikap pemerintah pusat yang menjaga jarak atas pelibatan daerah.

"Karena Tim transisi itu dianggap kewenangan pusat, meliputi SKK Migas, Petamina, dan Kementrian ESDM. Kita khawatir, soalnya masih banyak PR di Blok Rokan," jelasnya di Pekanbaru, Senin (15/2).

Absennya unsur daerah di Tim Transisi Blok Rokan, membuat masyarakat Riau  hanya bisa mengurus blok tersebut melalui mekanisme participating interest yang ditetapkan 10 persen. Adapun pelibatan peran yang lebih besar mengharuskan kesiapan dana dan sumber daya manusia yang mumpuni, pasalnya peran tersebut hanya bisa diperoleh melalui mekanise bisnis to bisnis (B to B).

"Ada 30 persen saham yang bisa diharapkan. Tapi itu skemanya B to B, artinya semua pihak bisa masuk bukan hanya perusahaan milik adat atau BUMD milik daerah," urainya.

Sambung Chaidir, tertutupnya akses Riau dalam kerja Tim Transisi Blok Rokan, bisa berdampak pada seretnya produksi Blok Rokan saat diserahkan ke daerah. Sebab, daerah tidak memiliki data pasti tentang kondisi Blok Rokan sesungguhnya saat diserahkan. Disisi lain daerah mendapat ruang pengelolahan Blok Rokan melalui PI 10 persen.

"Yang beperan itu adalah Tim transisi, oleh sebab itu kita sebenarnya ingin daerah dilibatkan. Supaya tidak terulang kejadian di Mahakam, begitu diserahkan produksi anjlok," ujarnya.

Blok Rokan sendiri memang sedang mengalami penurunan produksi. Jika dulu blok terbesar di Riau ini sanggup memompa 300 ribu barel per hari, kini kemampuan itu mengecil menjadi di bawah 200 ribu barel per hari.

Seretnya produksi Blok Rokan ini turut dipengaruhi sikap Chevron yang enggan berinvestasi lebih lanjut pada tahun 2018 silam, saat Chevron gagal melakukan perpanjangan kontrak. Belakangan, jelang berakhirnya masa kontrak Agustus 2021,Chevron kembali menggedor lapangan minyak tersebut.

466