Home Internasional Kontroversi Warga Prancis Tolak Disuntik Vaksin Astrazeneca

Kontroversi Warga Prancis Tolak Disuntik Vaksin Astrazeneca

Paris, Gatra.com - Seorang pria warga Prancis berusia 60 tahun yang baru sembuh dari penyakit kanker payudara, bernama Nadine Roger diketahui berisiko tinggi terkena COVID-19 menolak untuk diminta melakukan vaksinasi. Ketika ditawari vaksin yang diproduksi oleh AstraZeneca, dia menolaknya.

“(Suntikan) AstraZeneca membuat saya takut,” katanya, dikutip Reuters, Selasa (9/3). 

Roger, seorang teknisi medis, itu mengaku memilih menunggu suntikan dari perusahaan AS Johnson & Johnson, meski belum disetujui oleh regulator kesehatan Eropa.

Data terbaru yang disediakan oleh kementerian kesehatan Prancis, untuk akhir Februari, menyebut penduduk Prancis menggunakan hanya 24 persen dosis AstraZeneca, lebih kecil dibandingkan vaksin yang dibuat oleh Pfizer / BioNTech sebesar 82 persen dan 37 persen untuk suntikan vaksin Moderna.

“Kemungkinan iItu hanya sebagian karena keterlambatan logistik, tetapi juga karena memang beberapa orang Prancis tidak mempercayai suntikan vaksin AstraZeneca - meskipun beberapa penelitian ilmiah menunjukkan itu aman dan efektif,” sebagaimana wawancara dilakukan Reuters dengan delapan orang yang terlibat dalam peluncuran vaksin di Prancis.

Sejumlah warga dari mereka mengaku khawatir atas efek samping vaksin Astrazeneca, mereka skeptis bahwa vaksin itu efektif melawan varian baru COVID-19, dan mereka meminta bukti lebih konkrit seberapa baik dan aman vaksin itu bagi bekerja untuk orang tua.

Keberadaan vaksin AstraZeneca masih menimbulkan tanda tanya.

Namun, regulator Eropa merekomendasikan vaksin itu tidak digunakan untuk orang di atas 65, dengan alasan kurangnya data. 

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan suntikan itu “masih semu" dan regulator Prancis meminta rumah sakit untuk menghentikan sementara suntikan bagi staf mereka setelah efek samping terjadi, menyebabkan pekerja garis depan dinyatakan sakit.

“Semua itu mengirimkan sinyal yang salah kepada petugas kesehatan, tetapi juga penduduk lainnya,” kata kepala serikat dokter umum terbesar di Prancis, Jacques Battistoni.

Yang pasti, Prancis adalah salah satu negara yang paling skeptis terhadap vaksin secara global, meskipun survei menunjukkan proporsi masyarakat yang ingin diinokulasi justru meningkat.

Seperti negara kaya lainnya, Prancis telah menjadikan AstraZeneca sebagai pilar peluncuran vaksinnya. 

Seorang pejabat kementerian kesehatan dan dua dokter yang terlibat dalam peluncuran tersebut mengatakan bahwa penyerapannya semakin cepat, karena logistik meningkat dan orang-orang terbiasa dengan suntikan AstraZeneca.

Dosis AstraZenaca awalnya akan dikirim ke rumah sakit dan pusat vaksinasi untuk inokulasi petugas kesehatan, dan ke dokter umum di usia 50 hingga 64 tahun dengan kondisi baik.

Pada minggu pertama peluncuran AstraZenaca, yang bertepatan dengan dimulainya liburan sekolah, sejumlah dokter memesan kurang dari setengah dari dosis yang dialokasikan.

Presiden AstraZeneca Prancis, Olivier Nataf, mengatakan kepada harian mingguan Journal du Dimanche pada akhir pekan bahwa vaksin perusahaannya sepenuhnya efektif melawan infeksi COVID-19 yang parah dan 80 persen efektif dalam mencegah rawat inap.

“Kebingungan dan kekecewaan bisa muncul. Banyak yang sudah diselesaikan,” katanya kepada surat kabar tersebut. 

“Mungkin ada yang lain. Tapi musuh (Covid) tetap menjadi pandemi. Kontroversi apa pun mengurangi kemampuan kami untuk mengatasinya," tambahnya.

Regulator Eropa telah menyimpulkan bahwa efek samping yang disebabkan oleh vaksin AstraZenaca bukanlah alasan untuk meragukan keamanannya. 

Sebuah penelitian di Skotlandia yang mencakup 5,4 juta orang menunjukkannya, dan vaksin Pfizer, sangat efektif dalam mencegah infeksi parah.

Prancis, Jerman, dan Italia telah mengubah pola vaksinasi dengan memberikan vaksin kepada orang-orang yang berusia di atas 65 tahun.

Macron mengatakan bulan lalu bahwa suntikan AstraZeneca efektif, dan dia akan menerimanya jika ditawarkan.

439