Home Teknologi Toyota Membuat Baterai Fast-Charging 10 Menit Tetap Awet

Toyota Membuat Baterai Fast-Charging 10 Menit Tetap Awet

California, Gatra.com - Salah satu tantangan mobil listrik adalah waktu isi ulang baterai yang lama. Bisa berjam-jam. Tidak praktis. Untungnya saat ini adalah teknologi fast charging. Isi baterai bisa hitungan menit. Namun teknologi fast charging bisa berdampak pada umur baterai.

Para ahli tertantang mencari cara untuk menciptakan baterai yang bisa isi ulang secepat isi bensin, tapi awet, tidak gampang terdegradasi.

Toyota Research Institute mengandeng Standford University, Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Stanford Linear Accelerator Center (SLAC) untuk mengembangkan baterai mobil listrik tahan lama yang dapat diisi ulang dalam 10 menit.

Untuk pengembangan baterai canggih ini, para peneliti menggunaka metode-metode baru yang sangat canggih untuk memangkas waktu penelitian.

Diantaranya adalah metode machine learning. Metode ini adalah pengembangan dari artificial intelligence (kecerdasan buatan) yang memungkinkan sistem memiliki kemampuan untuk secara otomatis belajar dan menyempurnakan dari pengalamannya, tanpa harus dibuatkan pemrograman secara khusus. Machine learning fokus pada pengembangan program komputer yang bisa mengakses data dan menggunakannya untuk dipelajari sendiri. Sistem akan belajar dari pola, pengulangan dan data.

Peneliti juga menggunakan menyeleksi banyak metode pengisian baterai sehingga didapatkan metode isi ulang terbaik.

Dengan kedua pendekatan itu, peneliti berhasil mempercepat proses pengembangan baterai -diantaranya mempercepat proses penentuan masa pakai baterai- hingga 98 persen.

Sayangnya, peneliti tidak bisa menjelaskan secara fisika maupun kimia mengapa sejumlah baterai bisa lebih tahan lama dibandingkan baterai yang lain seperti dilaporkan laman Nature Materials beberapa waktu lalu.

Para ahli yang tidak puas, sepakatmenggunakan pendekatan baru yaitu scientific machine learning.

“Ini pertama kalinya terapkan pada siklus baterai,” kata Profesor William Chueh, yang memimpin penelitian tersebut.

"Dalam hal ini kami mengajari mesin untuk belajar pendekatan fisika agar bisa menjelaskan mengapa tipe-tipe baru baterai mengalami kegagalan. Hal ini membantu kami mendesain baterai fast-charging yang lebih baik," kata Prof. Will Chueh.

Dia mengatakan hasil yang didapat membalikkan asumsi lama tentang bagaimana baterai lithium-ion mengisi dan melepaskan energi listrik.

Asumsi lama, partikel dalam baterai merespon seragam pada proses isi ulang. Namun dari penelitian terbaru itu diketahui, ternyata partikel-partikel baterai merespon tidak seragam. Ada yang terdegradasi lebih cepat dari yang lain. Dengan pemahaman baru itu, para ahli bisa mendesain baterai baru yang lebih awet.

Para peneliti juga bisa menyusun seperangkat aturan baru untuk merekayasa baterai yang tahan lama.  Agar baterai baru itu bisa lebih cepat sampai ke tangan konsumen.


 

 

262