Home Bulan Bob Hasan Bob Hasan Sosok Ayah Berdedikasi, Memberi Inspirasi & Legacy

Bob Hasan Sosok Ayah Berdedikasi, Memberi Inspirasi & Legacy

Jakarta, Gatra.com – Menjadi ayah bukanlah peran yang mudah. Seorang ayah harus memikul tanggung jawab terhadap keluarganya. Ayah adalah sosok yang akan menjadi panutan dalam keluarga. Ayah harus berdedikasi tanpa pamrih hingga akhir hayatnya.

Menjalani peran sebagai ayah juga dilalui oleh Bob Hasan. Pria kelahiran Semarang, 24 Februari 1931 tersebut, kerap disebut sebagai sosok family man. Bob Hasan senantiasa menempatkan keluarga di atas segalanya. Sesibuk apapun harinya, dia selalu menyempatkan diri untuk menghubungi anak-anaknya. Setidaknya, inilah cerita yang diungkapkan langsung oleh anak-anak mendiang.

“Sesibuk apapun Bapak, pasti ada waktu dalam sehari menelepon anaknya,” ungkap Eko Hasan, anak kedua Bob Hasan. “Ketika kita tidak angkat telepon, dia akan terus-menerus menelepon kita,” katanya, menambahkan.

Di mata keluarga, Bob Hasan juga dikenal sebagai sosok yang kerap menanamkan kedisiplinan dan mengajarkan tentang pentingnya manajemen waktu. Kedisiplinan Bob Hasan bisa terlihat dari keseharian hidupnya, mulai dari bangun di setiap pagi, menjalani rutinitas olahraga dan menjalani pola makan sehat hingga berpuasa Senin & Kamis.

“Bapak selalu bangun pagi, setelah salat subuh lalu minum segelas besar air, sarapan dan lanjut minum teh hijau tanpa gula. Pagi-pagi Bapak sudah ada di lapangan,” ungkap Eko.

Sosok Bob Hasan juga dikenal sebagai sosok pekerja keras dan penuh dedikasi. Hal ini yang selalu ditanamkan kepada anak-anaknya.

“Bapak selalu bilang lakukan sesuatu mulailah dari bawah, meskipun kita tahu kita bisa langsung berada di atas, supaya kita tahu kehidupan di bawah seperti apa,” katanya.

Kecintaan Bob Hasan akan negeri ini juga menjadi hal paling dikenang oleh anak-anaknya. Di tengah sakitnya, Bob Hasan selalu menolak untuk dibawa berobat ke luar negeri. Dirinya yakin akan kemampuan dokter di dalam negeri, dan ia tidak ingin devisa negara lari ke luar negeri.

Almarhum Bob Hasan menghembuskan napas terakhir di usia 89 tahun 2 bulan pada 31 Maret 2020, meninggalkan seorang istri dan dua putra serta seorang putri.

Eko Hasan, putra kedua mendiang Bob Hasan. (YouTube Gatra TV)

Sepeninggal Bob Hasan, Uka Hasan, anak bungsu almarhum mengungkapkan, kini rumah terasa sepi, tidak lagi ramai. Tidak ada lagi suara Bapak sedang menyalakan televisi maupun bercengkrama dengan tamu-tamu yang silih berganti datang setiap harinya.

Bob Hasan Menjadi Sosok Ayah Bagi Banyak Orang

Sosok Bob Hasan sebagai ayah tak terbatas untuk anak-anaknya di rumah. Tanpa perlu pertalian darah, Bob mampu menghadirkan dirinya sebagai sosok ayah kepada banyak orang. Tak terhitung berapa banyak atlet nasional yang telah mengganggap sosok Bob Hasan seperti ayahnya sendiri.

Sejarah mencatat, pada 26 Oktober 1979, Bob Hasan terpilih menjadi Ketua Umum PB PASI menggantikan Sayidiman Suryohadiprojo. Setelah terpilih, anak angkat Jenderal Gatot Subroto itu benar-benar total membangun olahraga Atletik Indonesia. Dia bahkan tidak segan mulai membangun banyak hal di dunia atletik dari bawah.

Bob Hasan menggagas “Bali 10 K” lomba lari dengan hadiah Rp100 juta (paling besar kala itu), sehingga diminati para pelari dunia. Bob menghelat gelaran itu tidak sebatas ingin memasyarakatkan dan memajukan atletik, tapi sekaligus membesarkan dunia pariwisata dalam negeri.

Kegigihan Bob Hasan membangun Atletik, membuat namanya mulai identik dengan atletik sejak dekade 1980-an. Pada masa itu, Bob Hasan berhasil meraih penghargaan tertinggi "Goldene Ehren Packeten" dari Federasi Atletik Jerman (DLV) atas jasanya meningkatkan kerja sama dan pembinaan atletik.

Bentuk kerja sama tersebut dilakukan dengan pengiriman pelatih maupun atlet untuk berlatih di Jerman Barat. Selain itu, turut juga mendatangkan pelatih Jerman Barat ke beberapa provinsi di Indonesia.

Bob Hasan menemani cerita pasang surutnya Atletik Indonesia. Dia tak pernah kehilangan semangat untuk membawa cabang olahraga atletik Indonesia mendunia. Dedikasinya untuk atletik membuat sosoknya tak tergantikan di PASI. Dia menjabat sebagai ketua umum hingga akhir hayatnya.

Selama 40 tahun lebih memimpin PASI, Bob Hasan seringkali secara mandiri membiayai kebutuhan asosiasi, termasuk para atlet karena minimnya dukungan dari pemerintah.

Bob Hasan pernah mengutarakan kekecewaannya kepada pemerintah Indonesia. Dia kecewa karena olahraga cabang atletik yang sudah dibinanya selama hampir setengah abad dipandang sebelah mata oleh pemerintah dan rakyat Indonesia. Bob Hasan bahkan harus terus merogoh koceknya untuk membiayai keberlangsungan cabang atletik di Tanah Air.

Uka Hasan, putra ketiga mendiang Bob Hasan. (YouTube Gatra TV)

Setiap tahunnya, mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia ini merogoh hingga Rp10 miliar dari kantongnya untuk membiayai asosiasi.

Biaya tersebut digunakan untuk melakukan scouting atau pencarian bakat ke seluruh Indonesia, sampai ke pelosok negeri. Talenta-talenta berbakat ini akan diberi pelatihan, biaya akomodasi, dan biaya hidup untuk pelatihan khusus di Jakarta. Hingga akhirnya menemukan Zohri yang sukses membuat bangga Indonesia.

Semasa hidupnya, Bob Hasan memang pribadi yang suka menolong, selain dunia olahraga, dia dikenal aktif dalam kegiatan sosial, seperti membantu Presiden Soeharto mendirikan Yayasan (Damandiri dana Sejahtera Mandiri) yang memiliki misi menumbuhkan ekonomi dari desa.

Sahabat tunanetra pun menganggap Bob Hasan bukan sekadar sosok biasa, almarhum adalah pribadi istimewa. Layaknya sosok ayah yang peduli dan melindungi mitra Tunanetra. Bob Hasan memiliki sejarah panjang tentang keberpihakan kepada kaum netra, dia sempat menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni).

Kala itu di tahun 1992, di tengah ketidakpercayaan akan usulan tentang pentingnya belajar menggunakan teknologi komputer untuk tunanetra, dengan segala kerendahan hatinya, Bob Hasan bersedia menyimak dan merealisasikan usulan tersebut melalui organisasi Mitra Netra.

Bob Hasan membantu Mitra Netra menghadirkan komputer yang telah dilengkapi program pembaca layar yang saat itu semua masih dalam format dos. Karena dukungan Bob Hasan itulah, di tahun 1992 Yayasan Mitra Netra memulai penyelenggaraan kursus komputer bicara untuk tunanetra, pertama kali di Indonesia. Bob membuka jalan bagi tunanetra untuk mendapat pendidikan dan kesempatan bekerja lebih baik.

Bob Hasan yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina DPP Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni), menggagas kerja sama dengan para pengusaha untuk bisa menyediakan lapangan kerja untuk penyandang tunanetra. Upayanya tersebut bertujuan menjadikan para penyandang tunanetra lebih sejahtera dan mandiri, tidak lagi bergantung pada orang lain.

Bob Hasan pun sempat menerbitkan buku yang seluruh hasil penjualannya diberikan untuk membiayai PASI dan Pertuni.

Muhammad Hasan atau lebih dikenal dengan Bob Hasan telah tenang bersemayam di pusaranya, telah tunai mewariskan legacy dan menebar kisah insipratif ke seluruh penjuru negeri. Semoga akan ada banyak sosok ayah bagi banyak orang seperti Bob Hasan.

1969