Home Ekonomi Mendag RI: Ini Putaran Komoditas bagi Perekonomian Indonesia

Mendag RI: Ini Putaran Komoditas bagi Perekonomian Indonesia

Jakarta, Gatra.com - Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Mendag RI), Muhammad Lutfi, mengatakan beberapa komoditas yang hendak menjadi tren bagi perdagangan serta perekonomian di Tanah Air. Hal itu disampaikan melalui cuplikan video pidatonya secara daring di webinar yang diselenggarakan oleh Tribunnews.com dengan bertajuk "Dialog Gerakan Ekspor Nasional" (Diginas) pada Selasa sore, (6/4).

Sebelum Lutfi menerangkan komoditas atau item-item tersebut, ia menerangkan dahulu apa itu supercycle bagi perekonomian dunia. "Jadi, supercycle ini adalah naiknya harga sebuah komoditas terutama komoditas dasar akibat pertumbuhan ekonomi baru, akibat daripada permintaan baru setelah COVID-19, dalam COVID-19 yang belum selesai," tutur Lutfi.

Ia menyebut bahwa ada beberapa item yang penting, pertama itu adalah minyak bumi. Pada April 2020 lalu, harga per barelnya hanya mencapai 13,2 dolar Amerika Serikat (AS) per barel. Namun pada akhir tahun 2020, komoditas tersebut naik menjadi sekitar 233 persen, dan membuat harganya menjadi 51,9 dolar AS per barelnya.

Menurut Lutfi, yang kedua adalah Liquefied Natural Gas (LNG). Pada bulan April 2020 lalu, LNH itu hanya mencapai 1,6 dolar AS per Million British Thermal Units (MMBTU). Dan di akhir tahun kemarin telah mencapai 15,1 dolar, di mana pertumbuhannya lebih dari 727 persen. Akan tetapi, pada akhir tahun 2021 ini diprediksi harganya akan melandai di 5,62 dolar AS per MMBTU.

Lanjut Lutfi, yang ketiga itu iron ore atau bijih besi. Seraya ia menjelaskan, bahwa pada tahun 2020, bijih besi hanya senilai 80 dolar AS per metrik ton. Kemudian pada Desember 2020 lalu, naik menjadi 177 dolar Amerika Serikat per metrik tonnya.

Selain komoditas di atas, ia juga memaparkan bahwasanya copper atau tembaga juga salah satu item yang penting. Meskipun di bulan April menjadi salah satu yang terendah dalam 3 tahun terakhir, yang bernilai 4.772 dolar AS per metrik ton. Namun, pada akhir tahun lalu tembaga bisa meroket menjadi 7.900 dolar AS per metrik tonnya. Bahkan, hari ini sudah menembus 9.000 dolar Amerika Serikat per metrik tonnya.

"Ini adalah supercyle, jadi harga-harga ini akan naik luar biasa dan ini akan menjadikan bagian daripada tren, menjadi bagian perekonomian Indonesia dan perdagangan Indonesia ke depan. Dan mudah-mudahan supercyle ini juga membawa keberuntungan bagi perekonomian Indonesia," harap Lutfi.

150