Home Ekonomi Jelang Ramadan, Pesanan Kubah Masjid Meroket Lagi

Jelang Ramadan, Pesanan Kubah Masjid Meroket Lagi

Slawi, Gatra.com - Pandemi Covid-19 turut membuat para perajin kubah masjid sepi pesanan pada momen Ramadan tahun lalu. Kondisi itu mulai berubah menjelang Ramadan tahun ini.

Mereka mulai bisa tersenyum semringah seiring banyaknya pesanan pembuatan kubah. Salah satunya adalah Amrozi (34), seorang perajin kubah di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

"Ramadan tahun lalu benar-benar sepi karena ikut terdampak pandemi Covid-19. Tahun ini mulai meningkat lagi seperti biasanya kalau menjelang Ramadan," ujarnya, Jumat (9/4).

Amrozi sudah mulai kebanjiran pesanan pembuatan kubah untuk masjid dan musala tiga bulan menjelang Ramadan. Pesanan itu datang dari pemesan di Kabupaten Tegal dan luar kota.

"Sudah tiga bulan ini pesanan meningkat. Satu bulan ada pesanan lima sampai enam kubah. Kalau normal satu bulan paling hanya dua. Ramadan tahun lalu malah satu bulan hanya ada satu pesanan," katanya, Jumat (9/4).

Menurut Amrozi, kubah yang dipesan rata-rata ukuran diameternya setengah meter dengan harga Rp10 juta dan Rp18 juta tergantung pada bentuk atau model. Kubah ukuran ini biasanya dipasang di musala. "Selain dari Kabupaten Tegal, ada yang dipesan dari Indramayu," ujarnya.

Kubah yang dibuat Amrozi juga ada yang ukuran diameternya 12 meter. Harga kubah untuk masjid ini mencapai Rp300 juta. "Itu yang paling mahal. Kalau yang paling murah Rp600 ribu. Ini kubah yang kecil, diameter setengah meter, " ujar Amrozi.

Berbeda ukuran, berbeda pula lama pembuatan. Untuk kubah ukuran kecil, dalam sehari Amrozi bisa membuat empat kubah. "Kubah yang berukuran besar lama pembuatannya ada yang satu bulan, ada yang setengah tahun," ungkapnya.

Amrozi sudah membuka usaha pembuatan kubah masjid sejak 1998. Usaha ini sebelumnya dijalankan orang tuanya.

"Biasanya masjid dan musala direnovasi kalau mau bulan puasa, jadi pesanan ramai, kecuali tahun kemarin yang sepi karena awal-awal ada Covid-19," ujarnya.

1651