Home Teknologi Proyek Nuklir di Kalbar, Batan Lanjutkan Studi Lokasi PLTN

Proyek Nuklir di Kalbar, Batan Lanjutkan Studi Lokasi PLTN

Yogyakarta, Gatra.com - Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menargetkan studi tapak pendirian pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Kalimantan Barat (Kalbar) berlangsung hingga 2024. Studi PLTN ini merupakan satu dari tiga tugas program riset nasional yang ditugaskan ke BATAN.
 
Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan, pada Senin (12/5) di Yogyakarta, menjelaskan studi tapak atau lokasi ini merupakan studi awal yang dilaksanakan sejak awal 2020. 
 
"Setelah studi tapak, nanti dilanjutkan dengan studi energi, lingkungan, studi ekonomi yang menjadi dasar pemerintah untuk menentukan layak tidaknya Kalimantan Barat sebagai lokasi pendirian PLTN," kata Anhar.
 
Karena pandemi Covid-19, Anhar mengatakan, selama setahun terakhir, studi tapak di Kalbar harus dihentikan. Rencananya tahun ini studi diteruskan dengan melibatkan banyak pihak termasuk akademisi.
 
BATAN pun menargetkan studi tapak berlangsung hingga 2024.  Mengacu pada studi yang sama di Bangka, Anhar menyatakan, ada puluhan parameter yang harus dikonfirmasi melalui studi ini.
 
"Studi tapak saat ini didasarkan pada rencana penggunaan teknologi terbarukan dalam PLTN. Jika diputuskan nanti, kita akan menggunakan teknologi small modular reactor (SMR) yang maksimum menghasilkan 350 Megawatt Elektrik (MWE)," kata Anhar.
 
Mengenai kepastian kapan PLTN akan dibangun, Anhar menyatakan hal itu merupakan keputusan pemerintah. Menurutnya, BATAN hanya bertugas menyiapkan lokasi.
 
Dalam pembangunan jangka menengah nasional fase keempat, pada 2020-2024, pemerintah menugasi BATAN untuk menyelesaikan tiga tema besar. Tema pertama adalah studi kelayakan PLTN di Kalbar. 
 
Tema kedua pengembangan produk-produk radiologi untuk kesehatan. Tahun lalu BATAN mengembangkan lima produk dari proses radioisotop dan radio paramedika yang bertujuan membantu diagnosis kesehatan berdasarkan teknologi nuklir.
 
Untuk tema ketiga, BATAN juga mesti mengembangkan sistem pemantauan aktivitas radiasi untuk keselamatan dan keamanan. Sistem ini bakal melibatkan BMKG untuk memantau kualitas udara di lingkungan terkait kandungan radiasinya.
 
"Pemantauan ini sebagai antisipasi adanya dampak dari pengembangan nuklir oleh negara lain. Kita juga mengembangkan portal yang nantinya dipasang di pelabuhan-pelabuhan untuk mengetahui ada tidaknya material radioaktif yang masuk. Ini akan dikendalikan oleh BAPETEN," kata Anhar.
1064