Home Info Satgas Covid-19 NU Banyumas: Klaster Tarawih, Ibadah & Prokes Jangan Kendor

NU Banyumas: Klaster Tarawih, Ibadah & Prokes Jangan Kendor

Purwokerto, Gatra.com - Beberapa hari ini, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah digegerkan dengan kemunculan klaster jemaah tarawih. Meski demikian, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, meminta umat Muslim di wilayahnya tetap melaksanakan ibadah selama bulan Ramadhan.

Ketua PCNU Banyumas, Sabar Munanto mengingatkan warga, munculnya kluster tarawih diharapkan tidak membuat ibadah kendor. Sebaliknya, memasuki 10 hari terakhir, frekuensi dan kualitas ibadah tetap ditingkatkan.

"Masyarakat muslim Banyumas, khususnya Nahdliyyin jangan kendor, hanya gara-gara ada geger kluster tarawih. Meningkatkan ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan itu tuntunan Nabi Muhammad SAW," katanya, Senin (3/5).

Sabar mengatakan, imbauan ini disampaikan untuk mengimbangi gegernya pemberitaan kluster tarawih. Dia mengakui terdapat gejala penurunan kualitas dan kuantitas ibadah di sejumlah titik. Ditambah, katanya, penetrasi informasi pemerintah daerah hingga desa khususnya soal Covid-19.

"Munculnya dugaan Covid-19 justru menjadikan iman kita kuat. Berarti Covid-19 ada dan harus kita sikapi. Caranya, tentu tiada lain dengan taat prokes (protokol kesehatan). Panduan new normal juga saatnya diamalkan, bukan hanya sebagai pengetahuan," tegas Sabar.

PCNU Banyumas, kata dia, sejak awal sudah menginformasikan kepada warganya, melalui struktur hingga ranting dan anak ranting (desa). Terutama sosialisasi penerapan prokes saat Ramadhan.

Bahkan, jauh sebelumnya, PCNU juga melakukan sosiasliasi dengan memasang ajakan penerapan prokes 5 M seperti memakai masker, menjaga jarak, cuci tangan yang rajin dan tidak berkerumun melalui baliho maupun kampanye digital. Pihaknya juga mengimbau bagi umat yang memiliki keluhan kesehatan, sebaiknya beribadah secara pribadi di rumah.

"Sebagai pelayan masyarakat, kami berharap pemerintah lebih mengutamakan edukasi dan pendampingan. Dan mengurangi produksi kebijakan atau pernyataan yang mendorong rasa was-was masyarakat," kata Sabar.


 

386