Home Kebencanaan Kisah Mantan Menperin soal Cuaca Buruk saat Menuju Palu

Kisah Mantan Menperin soal Cuaca Buruk saat Menuju Palu

Jakarta, Gatra.com – Mantan Menteri Perindustrian (Menperin), Saleh Husin, menceritakan kisahnya mengenai cuaca buruk ketika tengah menuju Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), menggunakan helikopter hingga harus nongkrong di emperan kantor Bupati Parigi Moutong, Sulteng.

Saleh mengungkapkan, perjalanan tersebut dalam rangka kunjungan kerja (kunker) untuk untuk meninjau pabrik pengolahan nikel di Morowali, Sulteng, bersama beberapa orang jajaran.

Ia mengisahkan pengalaman yang tidak pernah terlupakan tersebut pada silaturahim Idulfitri 1442 H di Jakarta, Jumat (14/5). Waktu itu, 6 Desember 2014, menumpang helikopter untuk menuju Palu. Helikopter yang ditumpangi terpaksa harus mendarat darurat.

"Saya bersama 3 orang sahabat menumpang heli yang akan kembali ke Balikpapan. Jadi kami menumpang untuk diturunkan di Palu karena memang satu arah," ungkapnya.

Waktu itu, lanjut Saleh, heli harus melewati bukit yang cukup terjal. Awan terlihat sangat tebal dan tiba-tiba hujan lebat sehingga pilot tidak berani meneruskan perjalanan. Pilot memutuskan harus mendarat darurat.

"Mau enggak mau ya harus mendarat darurat mencari lapangan kosong terdekat yang kebetulan ada di seberang Kantor Bupati Parigi Moutong," katanya.

Setelah mendarat darurat, Saleh kemudian mengajak beberapa jajarannya untuk berjalan kaki ke kantor bupati Bupati Parigi Moutong untuk meminta bantuan.

"Namun, pada saat itu hari Sabtu jadi kantor pada libur, suasananya sepi, tidak terlihat ada seorang pun di kantor bupati tersebut," ucapnya.

Ia pun lantas mengatakan kepada dirjen yang ikut menemani untuk nongkrong saja di emperan kantor bupati sambil menelepon Polres setempat untuk koordinasi agar dapat dipinjamkan kendaraan.

"Syukur alhamdulillah, akkhirnya saya dan kawan-kawan dapat melanjutkan perjalanan darurat melalui darat dengan meminjam mobil aparat setempat menuju Palu," ungkapnya.

Dalam hati kecil Saleh mengatakan, ini merupakan kenangan yang tak pernah bisa dilupakan karena harus mendarat darurat dalam cuaca yang tidak bersahabat.

"Waktu itu yang membuat hati ya agak gusar juga tetapi saya harus tetap terlihat tegar agar staf tidak panik," kata pria yang kini mendapuk sebagai ketua Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (UI) ini.

175