Home Gaya Hidup LIPI Temukan Burungbuah Jenis Baru di Papua Barat

LIPI Temukan Burungbuah Jenis Baru di Papua Barat

Cibinong, Gatra.com– Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melaporkan telah menemukan jenis baru Burungbuah (Melanocharis) di kawasan pegunungan Kumawa, Papua Barat. Burung jenis Berrypecker tersebut diberi nama Melanocharis citreola, Milá, Ashari & Thébaud.

Jenis baru ini dimasukkan dalam genus Melanocharis lantaran memiliki bentuk yang khas dengan paruh kokoh berwarna hitam dan badan bagian atas berwarna biru-hitam. Sementara bagian bawah yang berwarna putih satin dengan sedikit warna kuning lemon menjadi ciri khas yang sangat membedakan dengan jenis lain dalam genus yang sama.

Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Hidayat Ashari menuturkan nama inggris burung tersebut ialah Satin Berrypecker alias Burungbuah Satin. Dia menambahkan, penemuan burung ini merupakan hasil kerja sama antara Indonesia dan Prancis yang dilakukan dua kali, yaitu pada tahun 2014 dan 2017.

“Penemuan terakhir jenis baru burung di Papua adalah burung Melipotes Foja (Melipotes carolae) pada 2007. Sehingga dengan ditemukannya jenis baru Berrypecker sebagai salah satu dari enam jenis baru burung yang ditemukan di dunia pada kurun waktu 2021 merupakan hal yang sangat menggembirakan,” kata Hidayat dalam keterangannya, Sabtu (19/6).

Burungbuah Satin ini berukuran kecil dengan panjang sayap 62 mm, panjang tarsus 19.4 mm, panjang ekor 49.5 mm, panjang paruh dari dasar tengkorak kepala 11.2 mm, panjang paruh dari ujung lubang hidung 7.3 mm, lebar paruh pada ujung lubang hidung 4.1 mm, dan tinggi paruh di ujung lubang hidung 3.5 mm.

Secara umum, Berrypecker merupakan burung pemakan buah beri dan buah-buahan kecil lainnya, sehingga menjadikannya burung pemencar biji. Burung ini aktif di bawah kanopi hutan, dari lantai hutan hingga ketinggian dua meter. Keberadaannya berperan penting bagi pemencaran biji ke seluruh hutan.

Akan tetapi, perjumpaan dengan Burungbuah Sating masih sangat sedikit, sehingga perilakunya masih belum diketahui secara pasti. Hal ini memungkinkan adanya penelitian lanjutan dari burung tersebut. “Dengan lokasi yang unik seperti kawasan Karst Lengguru itu, menjadikan burung ini penting untuk dikaji lebih jauh,” ungkap Hidayat. Diketahui, Lengguru masuk dalam Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Wilayah itu terletak pada daerah leher gunung dari Papua dan memiliki lanskap unik pegunungan kapur (karst) yang terjal dan terisolasi.

Menurut Hidayat, daerah tersebut sangat kurang dipelajari karena medannya yang berbahaya, lereng curam, dan sedikit pasokan air di atas pegunungan. Selain itu, juga tidak memiliki akses jalan setapak dan sebagian besar lanskapnya masih berupa hutan utuh.

Studi ini masuk dalam kerangka besar Lengguru Project yang diselenggarakan French Institut de Recherce pour le Développement (IRD), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Papua (UNIPA), Universitas Cendrawasih (UNCEN), Universitas Musamus (UNMUS) dan Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong.

Tim peneliti terdiri dari Hidayat Ashari (Indonesia) dan Borja Milá, Jade Bruxaux, Guillermo Friis, Katerina Sam, Christophe Thébaud (Perancis). Ekspedisi pertama dilakukan pada November 2014, yang mana tim ekspedisi berhasil sampai di ketinggian 1100-1200 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Selama empat hari di lokasi itu, tim ekspedisi berhasil menangkap seekor burung jantan, yang belum bisa diidentifikasikan secara jelas, dan hanya diidentifikasi sebagai Melanocharis. Kemudian Oktober-November 2017, tim peneliti kembali ke lokasi tadi dengan peralatan dan logistik yang lebih baik, dan selama 22 hari pada ketinggian 1200 mdpl itu, mereka berhasil menangkap tiga individu lagi.

Sebelumnya, pada 2015, laporan publikasi peneliti biologi Jared Diamond dan K. David Bishop, pernah sampai di ketinggian 1000 mdpl selama kurun waktu 1983 dan 2013. Mereka melaporkan melihat seekor burung betina yang diduga adalah dari jenis ini. Mereka menggambarkan burung tersebut memiliki bagian atas berwarna zaitun dan bagian bawah pucat agak kekuningan dan bergaris-garis tidak jelas. Sayangnya tidak ada spesimen ataupun foto dari burung tersebut.

Tim peneliti turut melakukan perbandingan dengan spesimen Melanocharis jenis lain yang ada di Museum Zoologi Bogor (MZB) LIPI. Mereka juga melakukan analisis phylogenis berdasarkan data DNA-nya, dan mencapai kesimpulan bahwa burung ini merupakan jenis baru.

364