Home Kesehatan Begini Perkembangan Terkini Vaksin Merah Putih Unair

Begini Perkembangan Terkini Vaksin Merah Putih Unair

Jakarta, Gatra.com - Ketua Tim Peneliti Universitas Airlangga (Unair), Prof. Fedik Abdul Rantam, mengatakan Vaksin Merah Putih telah sampai pada uji pra-klinik pertama dan kedua. Serta memperoleh hasil yang baik dan menghasilkan suatu hasil yang menjanjikan.

"Satu hasilnya baik dari sisi immunogenicity dan kemudian pendekatan respon imunnya tidak hanya humoral tapi juga celuller. Dan menghasilkan suatu hasil yang menjanjikan dan inilah sebenernya dasar kami mengembangkan pra-klinik fase kedua, yang sekarang sedang berjalan," ungkapnya, melalui Zoom dalam konferensi pers bertajuk "Penyerahan Sertifikat CPOB kepada PT Biotis", yang disiarkan langsung lewat kanal YouTube Badan POM RI pada Rabu, (18/8).

Meski demikian, Fedik mengatakan mereka belum bisa memberikan hasil secara keseluruhan karena memang belum selesai dan tetap masih berjalan. Sementara itu, ia menyebut beberapa respons imun yang mereka dapatkan mulai dari fisik sampai fisiologi dari hewan Makaka dan dengan adanya respon imun celluler, kemudian antibodi menunjukkan tren yang lebih baik.

"Nah oleh karena itu, dosis apa yang kita berikan itu berarti berfungsi dan mudah-mudahan sesuai dengan apa, kebutuhan dari masyarakat Indonesia sehingga bisa menimbulkan antibodi yang lebih baik," tutur Fedik.

Ia mengatakan hasil dari penelitian ini juga telah bekerjasama atau berkolaborasi dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia. Di mana ini bukanlah berjalan dengan sendirinya, tetapi perlu suatu imajinasi, logika dan komitmen bersama. 

"Dan nampaknya di sini BPOM [Badan Pengawas Obat dan Makanan] merupakan suatu gaya tarik yang menarik antara pull utara dan pull selatan itu ketemu, sehingga kita semakin terpadu dengan Biotis itu dan bisa mengembangkan vaksin sampai saat ini," sambung Fedik.

Ia juga mengatakan telah melihat komitmen dari PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia yang sangat tinggi karena biaya dari produk vaksin inactived, vaksin yang dikembangkan oleh Unair, itu jauh lebih besar. Serta memerlukan sarana-prasarana yang terstandar nasional dan internasional, termasuk Good Laboratory Practice (GLP) dan Good Manufacturing Practice (GMP). 

"Nah oleh karena itu, di sini juga kami berkomitmen dari Universitas Airlangga, tidak hanya sekali ini saja, tetapi vaksin itu tidak berhenti produksi lalu kita terlena, tidak. Tetapi pemantauan kejadian di lapangan sangat perlu sekali," ujar Fedik.

Ia menambahkan, re-design juga mereka siapkan. "Jadi ini adalah penting dalam pengembangan vaksin, tanpa ada re-design barangkali tidak ada vaksin di dunia ini. Pasti ada re-design karena sesuai dengan keadaan di lapangan," terang Fedik.

Kemudian ia melihat suatu dukungan yang luar biasa dari BPOM, setelah melakukan berbagai kegiatan workshop dan sebagainya. Di mana mereka telah mengikuti semua itu dan sangat memberikan guidance atau bimbingan kepada mereka, lalu membuat mereka lebih percaya diri atas kurangnya di mana dan harus bagaimana. 

"Itulah kami sebut bahwa BPOM sebagai gaya tarik kedua pull yang menyatukan untuk membuat suatu produk yang baik, berkualitas dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia," ucap Fedik.

"Dan ini saya kira merupakan sejarah bagi kami semuanya, tentunya Biotis yang memerlukan effort luar biasa untuk merealisasikan ini. Dan kami dari sisi peneliti juga membuat suatu kualitas yang luar biasa dan ini dengan pertemuan yang ditarik oleh BPOM ini menjadi kebanggaan kami tentunya. Dan menjadi sejarah saya kira untuk di Indonesia. Saya kira demikian, terimakasih atas apreasiasinya kepada kami," imbuhnya.

218