Home Kebencanaan Geser Karamba Demi Selamatkan Ikan

Geser Karamba Demi Selamatkan Ikan

Sragen, Gatra.com - Fenomena upwelling atau naiknya air dasar waduk ke permukaan membuat petani karamba Waduk Kedung Ombo (WKO) Sragen, Jateng harus sigap memindahkan lokasi pembiakan ke area lebih aman. Jika terlambat menggesernya, ikan-ikan yang mati bakal semakin banyak. 
 
Sukiyo, petani keramba di Sumberlawang mengatakan ia memetakan dulu area dengan kondisi air normal, baru kemudian menggeser keramba ke sana. Biasanya, area aman dari fenomena upwelling berada di tepian. Fenomena ini terjadi karena perbedaan suhu ekstrem permukaan dengan dasar perairan.
 
"Ikan mati karena kekurangan oksigen. Air dasar waduk naik ke atas. Ini sudah terjadi beberapa hari terakhir. Gagal panen karena ikan ternak mati mendadak," katanya kepada wartawan, Senin (30/8). 
 
Di karamba miliknya, ia membudidaya ikan nila dan tombro. Akibat fenomena upwelling, ratusan ekor ikannya mati. Kerugian mencapai jutaan rupiah. 
"Padahal di sini ada puluhan keramba. Semua mengalami kondisi sama. Ikan mati mendadak," katanya. 
 
Nilai jual bangkai ikan anjlok. Ia tak bisa menyelamatkan bisnisnya jika hanya mengandalkan penjualan itu. Bahkan harga ikan segar pun tak bagus. 
"Sekilo yang segar hanya Rp19 ribu saja. Normalnya sampai Rp24 ribu," katanya. 
 
Sementara itu diperkirakan sedikitnya 45nton ikan keramba WKO di dua desa mati mendadak akibat upwelling. Yakni di Desa Ngargosari dan Ngargotirto Kecamatan Sumberlawang Sragen.Di Desa Ngargosari terdapat lima petani terdampak paling parah. 
 
"Total sekitar 20 ton ikan yang mati di wilayah kami. Tapi ini sudah agak mereda," kata Kades Ngargosari, Sriyono. 
 
Sedangkan Kades Ngargotirto, Sumadi menyampaikan di wilayahnya ada sekitar 25 ton ikan yang mati mendadak sejak Jumat (27/8). Kematian itu terjadi pada karamba di wilayah Dukuh Ngasinan. Ada sekitar 25 petani karamba yang terdampak upwelling dan mengalami kerugian paling banyak.  
 
Para petani tak bisa berbuat banyak menghadapi fenomena ini. Mayoritas hanya menggeser karambanya untuk menjauhi lokasi air yang dilanda upwelling.
1710