Home Gaya Hidup Wajan Raksasa Bukan Benda Purbakala, Warga Bantul Usulkan untuk Wisata

Wajan Raksasa Bukan Benda Purbakala, Warga Bantul Usulkan untuk Wisata

Bantul, Gatra.com - Pamong dusun di lokasi penemuan wajan raksasa di Bantul menyatakan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) menyatakan temuan itu bukan termasuk benda cagar budaya. Namun wajan raksasa itu benda bersejarah, bahkan diusulkan jadi tujuan wisata.
 
Kepala Dusun Kretek, Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Riyan Hidayat, mengatakan, pihaknya sudah bertemu dengan perwakilan dari BPCB untuk menindaklanjuti temuan wajah tersebut pada Selasa (31/8) sore lalu.
 
"Mereka menyatakan itu bukan termasuk benda cagar budaya. Tetapi merupakan benda bersejarah karena merupakan peninggalan Belanda," katanya, Kamis (2/9).
 
Wajan raksasa itu barang peninggalan masa Belanda. Daerah Banguntapan, khususnya Desa Jambidan, pun bukan merupakan wilayah kerajaan kuno.
 
Ryan mewakili warga berharap wajan dengan diameter 2,7 meter yang ditemukan di kedalaman tiga meter itu tetap berada di sekitar lokasi.
 
"Masyarakat menginginkan dijadikan monumen di sini. Bisa pembelajaran sejarah. Selain itu, keinginan saya bisa jadi daya wisata menjadi potensi wilayah di Kretek," ujarnya. 
 
Penemu wajan, Supardi, mengatakan, sepengetahuan dirinya dari cerita turun-temurun, wajan itu bukan untuk memasak. Namun sebagai landasan untuk pompa air.
 
"Mbah-mbah dulu bercerita nama daerah sini aslinya Kompan. Sebab di sini dulu Belanda membangun pompa untuk mengalirkan sungai Opak ke Barat," katanya.
 
Pompa diperlukan untuk mengangkat air dan mengairi area perkebunan. Saat itu wilayah Jambidan dikenal sebagai perkebunan tebu.
 
Supardi mengatakan sebenarnya pada 1980-an pihak desa berupaya mengaktifkan kembali pompa  air untuk irigasi. Namun air tidak bisa tersebar merata dan pengaktifan pompa tidak dilanjutkan.
 
"Sudah dicoba ternyata gagal. Air cuma habis sampai sumur Jambidan karena banyak yang meresap ke bawah," katanya. 
 
Peninggalan Belanda itu pun terbengkalai sehingga tinggal kolam dengan wajan tersebut. Karena membahayakan, wajan raksasa sebagai landasan pompa itu diuruk tanah hingga ditemukan lagi saat ini.
 
1872