Home Internasional Taliban Izinkan Perempuan Mengenyam Pendidikan Tinggi, Ini Syaratnya

Taliban Izinkan Perempuan Mengenyam Pendidikan Tinggi, Ini Syaratnya

Kabul, Gatra.com – Taliban kembali menegaskan bahwa wanita di Afghanistan dapat melanjutkan studi di universitas, bahkan hingga tingkat pascasarjana. Hanya saja akan diberlakukan pemisahan ruang kelas berdasarkan gender. Selain itu, penutup kepala akan menjadi syarat wajib untuk dikenakan para wanita.

Kembalinya Taliban ke tangkup kekuasaan telah memicu kekhawatiran akan kembalinya sejumlah aturan ketat terhadap perempuan, seperti yang pernah mereka berlakukan 20 tahun lalu. Termasuk aturan yang melarang pendidikan untuk perempuan, serta pembatasan perempuan dari kehidupan publik.

“Kami akan mulai membangun apa yang ada hari ini,” ujar Haqqani terkait pernyataan sikap Taliban terhadap perempuan Afghanistan.

Kendati demikian, saat ini perempuan Afganishtan telah dilarang terlibat dalam kegiatan keolahragaan. Taliban juga telah melakukan tindak kekerasan terhadap pengunjuk rasa perempuan yang menuntut persamaan hak dalam beberapa hari terakhir.

Pada Ahad (13/9), Haqqani menuturkan bahwa para mahasiswi di negara itu akan menghadapi sejumlah aturan yang mencakup berpakaian wajib. Dia mengatakan, hijab akan wajib dikenakan. Hanya saja belum ada rincian apakah hijab yang dimaksud juga termasuk penutup wajah.

“Kami tidak akan mengizinkan anak laki-laki dan perempuan belajar bersama,” ujarnya. "Kami tidak akan mengizinkan peserta didik campur."

Dia mengatakan bahwa sedapat mungkin siswa perempuan akan diajar oleh guru perempuan. “Alhamdulillah kami memiliki banyak guru perempuan. Kami tidak akan menghadapi masalah dalam hal ini. Segala upaya akan dilakukan untuk mencari dan menyediakan guru perempuan bagi parasiswi,” ujarnya.

Haqqani mengatakan, akan turut meninjau sejumlah mata pelajaran yang ada saat ini. Meski tidak merinci, dia mengungkapkan keinginannya agar para lulusan dari universitas Afghanistan dapat bersaing dengan lulusan universitas di kawasan regionalnya dan juga seluruh dunia.

Untuk diketahui, sebelum Taliban berkuasa, pembelajaran di perguruan tinggi menggabungkan pria dan wanita, mahasiswi tidak perlu mematuhi aturan berpakaian. Kendati demikian, sebagian besar mahasiswi memilih untuk mengenakan jilbab berdasarkan preferensi agama, pribadi, dan budaya. Sementara itu, untuk sekolah dasar dan menengah, anak laki-laki dan perempuan belajar secara terpisah sebelum Taliban berkuasa.

Haqqani mengatakan, jika tidak ada guru perempuan yang tersedia, langkah-langkah khusus akan diambil untuk memastikan pemisahan. Ruang kelas akan ditutup untuk membagi siswa laki-laki dan perempuan jika diperlukan dan pengajaran juga dapat dilakukan melalui streaming.

“Kalau memang ada kebutuhan, laki-laki juga bisa mengajar, tetapi sesuai syariah,” katanya dilansir Aljazeera.

122