Home Info Sawit Harga CPO Tinggi, Petani Tergoda Tunda Peremajaan Sawit

Harga CPO Tinggi, Petani Tergoda Tunda Peremajaan Sawit

Mukomuko, Gatra.com - Sebagian petani di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, memutuskan batal mengikuti program peremajaan tanaman kelapa sawit karena harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) naik.

Menurut Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, sejumlah petani kebun kelapa sawit di Desa Lubuk Talang batal meremajakan sawitnya.

"Ada beberapa pekebun yang batal mengikuti program peremajaan tanaman kelapa sawit karena harga sawit naik," kata Kasi Produksi dan Proteksi Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Muhammad Asri, dalam keterangannya di Mukomuko seperti dikutip Antara.

Meskipun umur tanaman kelapa sawit tersebut di atas 25 tahun namun produktivitas tanaman tersebut masih tinggi. "Sejumlah petani mengundurkan diri sebagai calon penerima program peremajaan tanaman kelapa sawit karena mereka masih membutuhkan hasil panen sawit," ujarnya.

Kelompok tani Harapan Bersama di Desa Lubuk Talang sebelumnya mengusulkan peremajaan tanaman kelapa sawit yang tidak produktif karena menggunakan bibit asalan dan berusia tua di atas lahan seluas sekitar 70 hektare.

Karena ada beberapa pekebun di wilayah ini yang batal mengikuti program peremajaan, luas lahan perkebunan yang diusulkan mendapatkan program berkurang dari 70 hektare menjadi 67 hektare.

Sementara itu ada dua kelompok tani dari Desa Lubuk Pinang, Kecamatan Lubuk Pinang, yang mengusulkan peremajaan tanaman kelapa sawit yakni Kelompok Tandan Mas sekitar 80 hektare dan Kelompok Tani Sejahtera sekitar 90 hektare.

Selain itu sebanyak tiga kelompok tani yang tersebar di sejumlah wilayah daerah ini telah mengusulkan peremajaan tanaman kelapa sawit di atas lahan seluas 345,68 hektare.

Tiga kelompok tani ini yakni KRP Sinar Abadi Desa Sungai Gading seluas 132,43 hektare, Kelompok Tani Cahaya Sejahtera Desa Talang Sakti seluas 120,47 hektare, dan kelompok tani Maju Bersama Desa Sungai Lintang seluas 92,78 hektare.

Dinas Pertanian pada 2021 menargetkan peremajaan tanaman kelapa sawit tidak produktif karena menggunakan bibit asalan dan berusia tua di lahan milik kelompok tani seluas 1.500 hektare.