Home Gaya Hidup Peringati Hari Batik Nasional, Komunitas EMPU Gelar Peragaan Batik di JPO Setinggi 7 Meter

Peringati Hari Batik Nasional, Komunitas EMPU Gelar Peragaan Batik di JPO Setinggi 7 Meter

Semarang, Gatra.com – Memperingati Hari Batik Nasional, 2 Oktober 2021, Komunitas Fesyen Berkelanjutan EMPU menggelar peragaan batik unik, yakni di jembatan penyeberangan orang (JPO) atau Sky Bridge di Jalan Pandanaran, Semarang.

Dalam peragaan batik itu juga melibatkan dua orang tenaga kesehatan (nakes) perawat dan dokter untuk ikut berlangak-lenggok bersama sejumlah model profesional.

Peragaan busana batik menampilkan karya batik tulis motif Semarangan dan motif kontemporer dengan pewarna indigo atau daun nila yang dibudidayakan di wilayah Gunung Pati oleh Zie Batik, salah satu anggota Komunitas Fesyen Berkelanjutan EMPU.

Para model berjalan menyusuri JPO yang beralaskan pelat besi diketinggian sekitar tujuh meter dan lebar tiga meter tersebut.

Salah seorang nakes, Putri Rachmawati merasa bangga ikut dilibatkan dalam peragaan batik memperingati memeriakan Hari Batik Nasional.

“Ini sebagai bentuk perhatian terhadap nakes. Jadi merasa bangga,” kata perawat yang praktik di RSUD Tugu Semarang ini.

Dia berpesan dalam merayakan Hari Batik Nasional agar tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) Covid-19. “Boleh euforia tetapi tetap menjaga prokes,” ujarnya.

Sementara itu, Lina Soeratman dari EMPU menyatakan, sengaja melibatkan dua nakes dalam peragaan busana batik sebagai bentuk penghargaan dan ucapan terima kasih.

“Para nakes telah bekerja keras dalam penanganan Covid-19, sehingga saat ini pandemi Covid-19 sudah membaik,” katannya.

Lebih lanjut, Lina menyatakan, momentum peringatan Hari Batik Nasional untuk mengampanyekan pengelolaan batik yang ramah lingkungan, sehingga dalam peragaan busana mengusung tema ‘Memulihkan Bumi dan Ekonomi melalui Batik Berbudaya Tinggi yang Ramah Lingkungan.’

Melalui peragaan busana batik ini, imbuh Lina, ada pesan yang ingin disampaikan Empu, antara lain sebagai gerakan untuk mengingatkan kembali akan pentingnya melestarikan batik sebagai karya warisan budaya lisan dan non-bendawi dan menghargai para pembatiknya.

Sebagai bagian dari menyuarakan relevansi fesyen berkelanjutan dalam rangka mencegah lebih jauh pemanasan global dan perubahan iklim, yang juga punya relevansi pada adanya.

“Serta untuk membangun pengetahuan masyarakat tentang pentingnya sistem fesyen, baik dari sisi produsen dan konsumen yang bijaksana, agar fesyen tidak membawa dampak negatif pada perusakan lingkungan dan tidak menimbulkan ketidakadilan sosial,” ujarnya.

Pada peragaan busana batik ini juga ditampilkan pelengkap fesyen berupa tas berbahan ramah lingkungan, seperti serat eceng gondok, rotan serta purun.

Peserta Peragaan busana Komunitas EMPU ini diikuti oleh Zie Batik Semarang, Sora Sibori, Mlati Wangi, RhaBag, Alamasa, Collabox, dan koleksi the Soeratman Foundation.

1274