Home Gaya Hidup Resensi Film Dune 2021: Remake Apik Denis Villeneuve

Resensi Film Dune 2021: Remake Apik Denis Villeneuve

Jakarta, Gatra.com – Sejak Januari 2021, Dune selalu masuk dalam daftar film yang paling ditunggu-tunggu di media sosial khusus film, Letterboxd. Wajar, ini adalah adaptasi sci-fi klasik dari novel Frank Herbert yang terbit pada 1965 dulu.  Lebih dari itu, versi layar lebar karya David Lynch pada 1984 banyak mendapat kritik negatif, bahkan oleh sang sutradara sendiri. Sementara, filmmaker kelahiran Kanada, Denis Villeneuve sudah bertahun-tahun menyiapkan Dune sebagai proyek ambisius. Hasilnya adalah remake apik yang memuaskan para fans fiksi ilmiah. Berikut resensi film Dune 2021.

Planet Arrakis, lebih dikenal sebagai Dune, adalah dunia gurun yang luas dengan cakrawala tak terbatas dan keindahan yang sunyi. Planet ini menjadi tempat perebutan kekuasaan antara anggota Keluarga Besar versus Kekaisaran. Pasalnya, Dune adalah satu-satunya tempat di mana rempah melange berada. Rempah ini terutama bisa digunakan untuk membantu menavigasi perjalanan luar angkasa, sehingga membuatnya menjadi material paling berharga di seluruh galaksi.

Film Dune Part One 2021 karya Denis Villeneuve. (Dok. Legendary and Warner Bros. Entertainment Inc./fly)

Jika Lynch membuka filmnya dengan menampilkan keluarga kaisar, maka Villeneuve menyajikan scene pertama dengan memperlihatkan penduduk asli Dune, Bangsa Fremen. Orang-orang Fremen mempunyai ciri khas mata biru karena terpapar oleh rempah. Di antara mayoritas pria Fremen, terlihat anomali seorang pejuang perempuan, Chani (Zendaya).

Chani adalah sosok yang kerap hadir di mimpi-mimpi Paul Atreides (Timothée Chalamet). Tanpa tahu siapa atau apa perannya, Chani serta gurun pasir Dune nyaris muncul dalam tiap waktu tidur putra tunggal Keluarga Atreides tersebut.

Ketika mimpinya makin intens, sang ibu Jessica Atreides (Rebecca Ferguson) menyadari bahwa hal tersebut lebih dari sekedar bunga tidur, melainkan pewahyuan akan masa depan. Mengingat Lady Jessica adalah anggota dari organisasi pseudo-religious Bene Gesserit, tak heran jika dia punya kemampuan khusus, termasuk meresapi kapasitas Paul. Momen dimana Paul lolos tes yang dilakukan Bunda Ketua Bene Gesserit, Gaius Helen Mohiam (Charlotte Rampling), muncul dugaan bahwa Paul adalah penyelamat, mesias, sang terpilih yang lama dinanti yang mereka namakan Kwisatz Haderach.

Salah satu adegan dalam film Dune 2021. (Dok. Legendary and Warner Bros. Entertainment Inc./fly)

Bagi Paul sendiri, dia sekadar remaja biasa yang ragu untuk meneruskan kepemimpinan sang ayah, Duke Leto Atreides (Oscar Isaac) di tempat tinggal mereka, Planet Caladan. Belum lagi dia masih dianggap tak lolos pelatihan oleh pakar perang kepercayaan ayahnya, Gurney Halleck (Josh Brolin). Ahli pedang andalan Atreides, yang juga sahabat Paul, Duncan Idaho (Jason Momoa) pun masih enggan untuk mengajak Paul muda menapaki rute berbahaya di Dune.

Masalah muncul ketika kaisar memutuskan bahwa Keluarga Harkonnen yang sudah 80 tahun menjajah dan menguasai rempah Dune untuk angkat kaki dan menyerahkan otoritas pada Keluarga Atreides.

Salah satu adegan dalam film Dune 2021. (Dok. Legendary and Warner Bros. Entertainment Inc./fly)

Meski Baron Vladimir Harkonnen (Stellan Skarsgård) mematuhi perintah ini, tapi dia punya rencana lain. Didampingi orang kepercayaannya, Piter de Vries (David Dastmalchian) dan ponakannya yang buas, Beast Rabban Harkonnen (Dave Bautista), mereka berniat menghabisi Keluarga Atreides. Diam-diam mereka menggandeng pasukan militer elit kekaisaran, Sardaukar. Kekuatan yang ditakuti di seluruh semesta karena kemampuan dan keganasannya.

Saat ketiga Atreides meninggalkan bentang Caladan yang rimbun menuju Arrakis yang tandus, tantangan yang menanti mereka ternyata lebih besar dari yang diduga. Planet itu dihuni cacing raksasa yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan tsunami pasir dan menenggelamkan fasilitas pemanen rempah. Rencana jahat Keluarga Harkonnen pun ternyata sudah tertanam lewat keberadaan seorang pengkhianat di kalangan Atreides. Belum lagi Bangsa Fremen yang benci setengah mati pada para penjajah. Bangsa yang belakangan menjadi kelompok pertama yang menegaskan dugaan bahwa Paul adalah Lisan al-Gaib mereka. “Sang Suara dari Dunia Luar” yang kelak akan menjadi pembebas, mesias, Imam Mahdi bangsa gurun tersebut.

Salah satu adegan dalam film Dune 2021. (Dok. Legendary and Warner Bros. Entertainment Inc./fly)

Dalam novel Dune tersebut, Herbert memang banyak menggunakan frasa dari dunia Islam. Mulai dari nama-nama karakter, hingga setting lokasi. Selayaknya The Matrix Trilogy yang menggabungkan banyak filosofi keagamaan dan mitos-mitos kosmologi kuno, Dune sudah lebih dulu melakukan hal ini. Konsep mesias adalah ajaran khas kekristenan, misalnya.

Mengingat cerita yang kompleks dan jumlah karakter yang sangat banyak, maka keputusan Villeneuve untuk memvisualkan novel pertama tersebut menjadi dua bagian, adalah pilihan yang tepat. Dengan durasi lebih dari 2,5 jam (tepatnya 155 menit), Dune 2021 hanya setara dengan plot pada 98 menit pertama dari Dune 1984 (yang total durasinya 137 menit).

Kebebasan durasi ini memberi keuntungan bagi Villeneuve, yang juga ikut menulis naskahnya, untuk menyajikan cerita yang lebih utuh dan mudah dipahami. Bandingkan dengan versi Lynch yang harus membuat banyak suara hati (inner voice) ala sinetron dari beberapa karakter, demi menghemat waktu dan scene.

Salah satu adegan dalam film Dune 2021. (Dok. Legendary and Warner Bros. Entertainment Inc./fly)

Adaptasi Dune ke layar lebar adalah mimpi panjang Villeneuve. Ketika dia masih berumur 12 tahun dan pertama kali membaca novel Dune serta mengetahui soal filmnya, dia sudah terobsesi pada sci-fi ini. Karena ingin membuat adaptasi yang taat asas terhadap novel, dia sengaja melatih dirinya dan belajar membuat genre fiksi ilmiah lewat Arrival (2016) dan Blade Runner 2049 (2017). Wajar, sebab pria 54 tahun itu biasanya menggarap thriller, mulai dari Polytechnique (2009), Incendies (2010), Prisoners (2013), Enemy (2013), serta Sicario (2015).

Pembelajaran itu tak sia-sia. Di 2017, Villeneuve sukses menampilkan sekuel Blade Runner 1982, milik Ridley Scott dengan jauh lebih baik baik dari segi plot, skenario, desain, set, dan terutama sinematografinya. Arrival yang dibintangi Amy Adams itu juga menuai banyak pujian.

Salah satu adegan dalam film Dune 2021. (Dok. Legendary and Warner Bros. Entertainment Inc./fly)

Hari ini Dune membuktikan bahwa tak butuh dunia penuh warna ala Blade Runner 2049 untuk menggambarkan pusparagam konflik. Patut dicatat, Villeneuve memang dikenal sebagai sutradara yang sengaja menampilkan masing-masing filmnya dengan coloring yang khas.

Jumlah karakter yang berkali-kali lipat dibanding Arrival, tersaji dengan tepat, lengkap dengan kejelasan penokohannya. Tak seperti Lynch yang seperti kebingungan dengan pembagian screen time tokoh yang sangat banyak itu, Villeneuve memperkenalkan mereka masing-masing dengan cara yang pas.

Kentungan lainnya, Villeneuve ada di era ketika teknologi perfilman sudah sangat memadai. Semua efek Dune tersaji dengan rapi. Ini adalah jenis film yang sangat layak ditonton di layar IMAX, mengingat setting tempatnya ada di luar angkasa.

Salah satu adegan dalam film Dune 2021. (Dok. Legendary and Warner Bros. Entertainment Inc./fly)

Pemutaran perdana Dune Part One di Jakarta dilangsungkan tepat pada tanggal ulang tahun sang novelis yang jatuh pada 8 Oktober. Pria bernama lengkap Franklin Patrick Herbert Jr. itu lahir pada 1920 di Tacoma, Washington, Amerika Serikat

Film Dune Part One akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai Rabu, 13 Oktober mendatang.

2352