Home Gaya Hidup Sinopsis Film-film yang Akan Diputar di Science Film Festival 2021

Sinopsis Film-film yang Akan Diputar di Science Film Festival 2021

Jakarta, Gatra.com - Goethe-Institut kembali menggelar Festival Film Sains (Science Film Festival) di Indonesia pada tahun ini yang akan digelar secara daring mulai dari 12 Oktober-30 November 2021. 

Festival film bertema “Kesehatan dan Kesejahteraan” membawa 17 film internasional yang berasal dari 22 negara di dunia. Tema tersebut diharapkan bisa memperhatikan sisi kesehatan (health) dan kesejahteraan (well-being) anak-anak selama pandemi.

Manajer Science Film Festival Indonesia, Elizabeth Soegiharto, menyampaikan bahwa acara tahunan ini akan menjangkau siswa siswi SD-SMA di 52 kabupaten/kota di Indonesia. 

Sejumlah 17 film yang ditayangkan di Indonesia tersebut berasal dari Afrika Selatan, Belanda, Brazil, Jerman, Portugal, dan Thailand yang telah dialihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia. Kategori film-film tersebut adalah sebagai berikut: edu-tainment keluarga, ilmu pengetahuan alam, ilmu hayati, dan teknologi, film pendek non-verbal, dan sains.

Elizabeth pun membeberkan sinopsis dari lima film yang akan diputar dalam festival tersebut. Film pertama bertajuk “Alumunium, Menurut Eksperimen Mandiri” (Alumunium in a Self-experimenet) yang berasal dari Jerman. Film tersebut disutradarai oleh Carolin Conrady dan berdurasi 15 menit.

“Film ini menceritakan tentang aluminium yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia seperti alat makan, alat make-up, dan sebagainya. Alumunium dapat masuk ke tubuh melalui makanan, obat, yang dapat membahayakan tubuh yang dapat membahayakan tubuh seperti penyakit serius untuk tubuh manusia,” tutur Elizabeth dalam konferensi pers virtual pada Selasa, (12/10/2021).

Film kedua berjudul “Jejak Ekologis” (Dandelion the Ecological Footprint) yang juga berasal dari Jerman. Film tersebut disutradarai Patrick Schlosser dan berdurasi 25 menit. “Film ini menceritakan makna tentang jejak ekologis,” ujar Elizabeth.

“Penonton diajak bertanya kepada diri sendiri, ‘Benarkah kita membutuhkan semua hal yang kita konsumsi?’ Denagn keadaan iklim saat ini, yang harus kita utamakan adalah kualitas, buakn jumlah barang yang kita miliki,” tutur Elizabeth.

Kemudian, film ketiga adalah “Ada Apa Ini? Chris – Berita Bohong” (What Body is This? Chris – Fake News) yang berasal dari Brazil. Ini adalah film besutan stradara Chico Bela dan berdurasi 4 menit.

“Film ini menceritakan sebagai masyarakat awam kita harus bisa menyaring berita atau informasi dan membuktikan dengan sumber yang benar supaya tidak meimbulkan hoaks,” kata Elizabeth.

Lalu film keempat adalah “Belajar bersama Tikus – Misteri Awan” (Programme with the Mouse – The Mystery of the Cloud) yang berasal dari Jerman. Film ini disutradarai oleh Matthias Wegmann dan berdurasi selama 9 menit. Menurut Elizabeth, film ini menceritakan tentang bagaimana sebuah data disimpan di penyimpanan internet.

Film kelima bertajuk “Knietzsche dan Kesehatan” (Knietzsche and Health) yang berasal dari Jerman. Ini adalah film besutan sutradara Anja von Kampen dan berdurasi 3 menit.

“Film ini menceritakan tentang sistem kesehatan tubuh manusia yang harus bekerja dengan tepat agar kehidupan kita berjalan tanpa kendala,” ujar Elizabeth.

“Sebanyak 17 film ini yang terpilih untuk festival akan diputar secara bergantian lewat platform Zoom kepada siswa-siswi di 52 kota di Indonesia,” ujar Elizabeth.

Puluhan kota tersebut termasuk di antaranya Jakarta, Tangerang, Aceh, Ambon, Bandung, Jayapura, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan beberapa kota lainnya.

Penikmat film-film tersebut adalah siswa-siswi yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah mitra Kementerian Luar Negeri Jerman yang bernama “Sekolah: Mitra Menuju Masa Depan” atau PASCH. Di Indonesia, Goethe-Institut telah membina sebanyak 29 sekolah mitra yang tersebar dari Sumatera hingga Papua.
 


 

285