Home Olahraga Atlet Terpapar Covid-19 dan Intimidasi jadi Faktor Kegagalan Jateng di PON Papua

Atlet Terpapar Covid-19 dan Intimidasi jadi Faktor Kegagalan Jateng di PON Papua

Semarang, Gatra.com – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Tengah melakukan evaluasi atas kegagalan mempertahankan posisi empat besar pada POBN XX Papua 2021.

Jawa Tengah (Jateng) berada di posisi keenam dengan peroleh 27 medali emas, 47 perak, dan 64 perunggu. Posisinya di bawah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, dan Bali.

Sebelumnya, pada PON XIX di Jawa Barat 2016, Jateng berada di posisi empat dengan perolehan peroleh 32 medali emas, 56 perak, dan 85 perunggu

Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum KONI Jawa Tengah (Jateng), Bona Ventura Sulistiana, S.H., M.H menyatakan, terdapat dinamika-dinamika teknis maupun nonteknis, baik pada saat menjelang maupun saat pelaksanaan PON XX di Papua untuk kontingen Jateng.

“Beberapa atlet Jateng yang terpapar Covid-19 antara lain, sebelum berangkat dua atlet terbang layang dan paralayang dinyatakan positif Covid, sehingga terjadi kemunduran keberangkatan, yang akhirnya menggangu konsentrasi dan persiapan tanding, karena tiba pada hari terjadwal berlomba, sehingga tidak ada waktu untuk berlatih dan mempersiapkan diri yang cukup,” katanya kepada wartawan di Semarang, Minggu (17/10).

Selain itu, lanjut Bona, sebanyak enam ofisial dan atlet panahan juga terpapar Covid-19 pada pertengahan jalannya lomba, sehingga nomor-nomor akhir yang harus diikuti menjadi terganggu dan memengaruhi hasil pertandingan.

Satu atlet sepatu doda terpapar Covid-19 saat menjelang babak final. Walaupun akhirnya diizinkan tampil, namun konsentrasi dan kondisi kesehatan sangat memengaruhi penampilannya.

“Atlet wushu mengalami intimidasi dari pendukung tuan rumah dalam final kelas 60 kg putri dalam bentuk pemasangan pamflet-pamflet di seputar arena. Hal itu memengaruhi penampilan atlet-atlet kita. Apabila tidak ada faktor-faktor tersebut, wushu Jateng bisa meraih empat sampai lima medali emas,” ujarnya.

Persoalan lain yang sangat menggangu, sambung mantan anggota DPRD Jateng ini, adalah pada awal kedatangan hari pertama dan kedua dihadapkan pada permasalahan akomodasi dan konsumsi di beberapa cabang olahraga yang belum siap.

Keterlambatan mendapatkan penginapan mengganggu istirahat atlet. Demikian juga di beberapa cabang olahraga (cabor), konsumsi atlet dari PB PON sering terlambat datang.

“Sebanyak enam atlet wushu Sanda Jateng yang bertanding di final mengalami diare berat sejak semifinal. Bahkan Bayu Raka baru lepas dari infus menjelang berangkat ke GOR. Beberapa atlet lain mengalami keluar kotoran saat bertanding,” kata Bona.

Bona menambahkan, dari 39 cabor yang diikuti Jateng, hanya 15 cabor yang dapat memperoleh medali emas, lainnya gagal.

“Semua cabor beregu tidak ada yang memperoleh medali emas, yaitu sepak bola, bola voli, hoki, softball, dan bola tangan yang notabene jumlah atlet dan ofisialnya cukup banyak,” ujarnya.

1228