Home Kebencanaan Longsor Timbun Aliran Sungai, Banjir Bandang Mengancam 2 Desa di Cilacap

Longsor Timbun Aliran Sungai, Banjir Bandang Mengancam 2 Desa di Cilacap

Cilacap, Gatra.com – Longsor tebing setinggi 150 meter dan lebar sekitar 100 meter dilaporkan menimbun aliran Sungai Ciherang, Desa Limbangan, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dan memicu ancaman banjir bandang ke lima dusun di dua desa di Kecamatan Majenang dan Wanareja.

Kepala Desa Limbangan, Harsono mengatakan longsor tersebut diperkirakan terjadi sejak Senin malam (1/11) atau Selasa dinihari. Warga sempat mendengar suara gemuruh pada tengah malam dan diyakini berasal dari longsor besar tersebut.

“Ketinggian sekitar 150 meter. Terus lebar longsornya itu kurang lebih sekitar 100 meter. Kemiringan sekitar 60 derajat,” katanya, Kamis (4/11).

Hingga Rabu sore (3/11), gerakan tanah masih terus terjadi dan menambah volume material longsor yang menutup sungai. Dikhawatirkan volume air terus membesar dan menyebabkan material longsor jebol.

Harsono mengatakan, jika volume longsor terus menutup aliran sungai, maka akan memicu ancaman banjir bandang. Terlebih, ancaman longsor susulan terjadi karena tingginya curah hujan di wilayah ini.

“Kemungkinan masih aktif, karena di bawahnya itu sungai. Pelan-pelan lumpurnya itu terbawa. Karena itu dari atas masih turun. Pasti terjadi (longsor) susulan. Kemarin saja, curah hujan masih sangat tinggi,” jelasnya.

Mengutip laporan kebencaan Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Cilacap, longsor berdimensi cukup besar, dan retakan sudah mencapai kisaran empat hektare. Longsor terjadi di beberapa bidang tanah, yang merupakan milik Deni, Suraji, Iding, Sarim, Muhodin, dan Fadil.

Dikhawatirkan, jika material longsor yang menutup aliran Sungai Ciherang tersebut jebol, maka akan memicu ancaman longsor di lima dusun di dua desa, yakni, tiga dusun di Desa Limbangan Kecamatan Wanareja, dan dua dusun di Desa Salebu Kecamatan Majenang.

Penanganan yang direkomendasikan adalah dengan menerjunkan alat berat untuk kembali melancarkan aliran Sungai Ciherang. Pembukaan aliran sungai ini penting lantaran air Sungai Cigeugeumeuh (hilir Ciherang) yang melintas di dua desa tersebut, sudah keruh oleh aliran lumpur Sungai Ciherang.

1679