Home Ekonomi Kawin Suntik Sapi Belum Optimal

Kawin Suntik Sapi Belum Optimal

Karanganyar, Gatra.com - Meski swasembada daging sudah diraih Jawa Tengah, namun angka kelahiran sapi hasil kawin suntik ternyata belum optimal. Penyebabnya kondisi kesehatan sapi kurang bagus serta sikap abai sebagian peternak.

Demikian disampaikan Kepala Bidang Ketahanan Pangan dan Peternakan Ig Hariyanta Nugraha kepada Gatra.com usai menyerahkan bantuan sarana pengolahan hasil ternak secara simbolis di kantor Dispertan PP Karanganyar, Selasa (29/11).

Dia menyebut produksi daging, susu, telur di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah melampaui target. Bahkan dari surplus komoditas itu, Jateng mampu menyuplai ke Jabodetabek.

“Dari semua indikator, produksi daging, telur, susu memenuhi target. Bahkan lebih dari 100 persen. Kebutuhan daging Jateng tercukupi. Dari Jateng juga mensuport kebutuhan Jabodetabek 100 ribu ekor sapi per tahun,” katanya.

Guna memastikan daging tetap surplus, maka angka kelahiran ternak harus dipacu. Sayangnya hal itu belum optimal. Ia menyebut tahun ini lahir 250 ribu-300 ribu sapi saja dari hasil kawin suntik.

“Idealnya lebih dari jumlah itu. Sebab konsumsi daging terus meningkat,” katanya.

Belum semua peternak mengikuti program kawin suntik atau inseminasi buatan menjadi salah satu kendala. Mereka tidak melaporkan ke mantri ternak perihal kesiapan ternaknya dikawin suntik. Padahal pemerintah tak memungut biaya atas tindakan di balai inseminasi.

“Tarifnya kawin suntik bisa sampai Rp200 ribu. Tapi kita gratiskan di balai inseminasi,” katanya.

Persoalan lain pada kondisi ternak yang kurang siap pada saat hendak diberi tindakan. Kondisi itu umumnya ternak sakit.

Lebih lanjut dikatakan, pihaknya mempekerjakan 700 mantri ternak di seluruh Jawa Tengah. Jumlah itu terhitung minim.

“Petugas sampai kewalahan. Seorang bisa melakukan tindakan sampai lebih dari 10 ekor per hari,” lanjutnya.

Di bagian lain, Pemprov mendorong peternak membentuk korporasi atau kelompok dan gabungan kelompok. Melalui wadah itu, berbagai kemudahan dapat diraih peternak seperti KUR, pendampingan dan pemberian bantuan usaha.

“Asuransi ternak disubsidi pemerintah. Cukup bayar 40 persennya saja. Ada juga KUR yang digelontorkan sampai Rp72 triliun dari target Rp50 triliun. Tercatat 4 ribu peternak dan pelaku usaha mengikuti pelatihan pengembangan pangan berkualitas. Pelatihan itu juga tentang pengendalian penyakit hewan menular,” katanya.


 

1519