Home Hiburan Resensi Film The Ice Road: Petualangan Liam Neeson Menembus Jalanan Lapisan Es

Resensi Film The Ice Road: Petualangan Liam Neeson Menembus Jalanan Lapisan Es

Jakarta, Gatra.com – Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia tak pernah merasakan beratnya tantangan di suhu rendah bahkan minus derajat Celcius. Jadi ketika muncul film yang menunjukkan betapa berbahayanya melintasi jalan lapisan es di awal musim semi, maka menjadi pembelajaran tersendiri. Tantangan itu terpapar di film terbaru Liam Neeson, The Ice Road.

Semua bermula ketika tambang berlian di Manitoba, Kanada meledak. Akibatnya sebanyak 26 penambang terjebak reruntuhan tanpa ada jalan keluar. Di bawah lapisan tanah jelas kadar oksigen terbatas. Diperkirakan dengan jumlah 26 orang itu, maka oksigen akan habis dalam tiga hari. Makin gawat karena zat kimia metana terakumulasi makin banyak di saat yang bersamaan. Gas tak berbau yang mudah terbakar dan bisa menghabisi mereka kapan saja.

Salah satu adegan dalam film The Ice Road. (Dok. Code Entertainment & ShivHans Pictures/fly)

Solusinya adalah mendatangkan pipa besi untuk menyangga tanah agar stabil demi mengeluarkan puluhan korban. Stok terdekat ada di negara bagian Dakota Utara, Amerika Serikat, yang berbatasan langsung dengan wilayah Manitoba. Pipa dan sejumlah peralatan lainnya yang bebannya lebih dari 26 ton itu hanya bisa diangkut lewat darat menggunakan truk. Sebab, pesawat yang mampu mengangkut beban seberat itu tak punya landasan cukup untuk mendarat di area tambang.

Jim Goldenrod (Laurence Fishburne) dipercaya oleh Kementerian Energi Kanada dan perwakilan pihak AS untuk memimpin tim mengangkut pipa yang dibutuhkan. Tugas ini jelas menantang. Pertama, tentu saja butuh supir lihai untuk mengendalikan truk super besar. Kedua, para personil yang berangkat pun wajib cekatan dan berpengalaman berhadapan dengan terpaan badai salju beserta suhu super rendah di kawasan es. Ketiga, dan yang paling penting, orang-orang nekat yang mau menembus rute jalanan lapisan es. Lapisan es yang ketebalannya menurun karena saat itu adalah awal April, dan sudah jauh berlalu dari musim dingin.

Mike McCann (Liam Neeson) baru saja dipecat dari tempat kerjanya karena berkelahi dengan orang-orang yang menghina adiknya, Gurty McCann (Marcus Thomas). Gurty adalah mantan tentara. Sekembalinya dari wilayah perang, dia mengalami gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder/PTSD) dan afasia (gangguan berkomunikasi yang disebabkan oleh kerusakan pada otak). Berkat keahlian keduanya, belakangan Jim merekrut mereka.

Salah satu adegan dalam film The Ice Road. (Dok. Code Entertainment & ShivHans Pictures/fly)

Tim ini makin lengkap dengan kehadiran Tantoo (Amber Midthunder). Perempuan berdarah Indian yang merupakan anak didik Jim. Keempatnya berangkat dengan didampingi oleh staf perusahaan tambang, Tom Varnay (Benjamin Walker).

Perjalanan ratusan kilometer yang memakan waktu lebih dari dua hari itu pun dimulai. Masalah lantas bermunculan ketika mereka harus melewati jalan lapisan es yang sangat panjang itu. Kecelakaan hingga muatan pipa tenggelam tak membuat mereka patah semangat. Sayang, keadaan makin gawat ketika ternyata salah satu karakter dalam tim itu tidak berniat baik dan membahayakan misi penyelamatan ini.

Film ini terasa seperti film aksi tahun 1980-an. Jenis film yang menghibur, tapi naskah dan ceritanya mudah terlupakan. Plotnya sederhanya, empat pengemudi berpacu dengan waktu di rute jalanan lapisan es. Dimana karakater jahatnya yang mensabotase misi penyelamatan cukup mudah diprediksi. Keberadaan dia sebatas kebutuhan untuk munculnya satu konflik di dalam cerita sebuah film saja.

Salah satu adegan dalam film The Ice Road. (Dok. Code Entertainment & ShivHans Pictures/fly)

Menghibur karena scene-scene saljunya seru ditonton. Bagaimana mereka harus bertindak ketika dikepung badai salju. Atau apa yang harus diperbuat saat longsoran es juga siap menghantam mobil-mobil mereka. Meski sedikit antiklimaks saat Liam Neeson bertarung dengan sekelompok bandit jahat.

Film ini tipikal seperti cerita trilogi Taken (yang semuanya dibintangi oleh Liam Neeson). Seperti kebanyakan film heroik lainnya, aksi sang pahlawan sangat mudah diprediksi dan konfliknya pun cheesy.

Begitu pula dengan drama tak perlu di antara seluruh 26 penambang. Ada atau tak ada perselisihan di antara mereka tersebut, tak berpengaruh pada premis utama cerita ‘perjalanan menembus jalan lapisan es yang berpacu dengan waktu’. Ada atau tak ada konflik di bawah tanah itu tak membuat para supir truk bisa tiba lebih cepat misalnya. 

Salah satu adegan dalam film The Ice Road. (Dok. Code Entertainment & ShivHans Pictures/fly)

Hal mengganggu lainnya adalah pemilihan soundtrack-nya. Karakter Tantoo digambarkan sebagai gadis berdarah Indian yang tak suka pada ‘penjajahan’ AS atas suku pribumi tersebut. Di sisi lain, tanpa perlu disebutkan, sebagai pria kulit hitam maka Jim Goldenrod tentu juga punya pengalaman rasial sejenis. Tapi lagu-lagu yang diputar menjadi latar adalah lagu-lagu cowboy yang sangat khas kaum kulit putih AS. Lagu ini cocok jika kamera sedang fokus pada Cann bersaudara. Tapi menjadi sangat janggal ketika dimunculkan bersamaan dengan kehadiran keempat orang itu.

Meski demikian, keputusan sutradara sekaligus penulis naskah, Jonathan Hensleigh untuk melakukan syuting langsung di Manitoba sangat layak diapresiasi. Setting asli membuat pengalaman menempuh jalan lapisan es yang tengah menipis menjadi terasa nyata dan mendebarkan.

Film The Ice Road sudah lebih dulu rilis di Netflix sejak 25 Juni 2021 silam. Konon, Netflix membayar hingga US$18 juta atau sekitar Rp258,4 miliar (kurs US$1 setara Rp14.355) untuk hak distribusi film ini. Desember ini, The Ice Road siap masuk layar lebar dan diputar di bioskop seluruh dunia.

1111