Home Kebencanaan Status Gunung Semeru Naik Jadi Level III Siaga

Status Gunung Semeru Naik Jadi Level III Siaga

Jakarta, Gatra.com – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dari level II atau waspada menjadi level III atau siaga. Penetapan ini berlaku sejak Kamis (16/12) pukul 23.00 WIB.

Badan Geologi mengimbau masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer (km) dari puncak.

Di luar jarak itu, masyarakat tidak beraktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

“Masyarakat juga tidak boleh memasuki dan tidak boleh beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar),” ungkap Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono, dalam keterangannya, Jumat (17/12).

Eko menjelaskan, penaikan status tersebut dilakukan mengingat aktivitas Gunung Api Semeru masih tinggi. Selain itu, telah terjadi peningkatan jarak luncur awan panas guguran serta aliran lava dari Gunung Semeru.

Badan Geologi mengimbau kepada masyarakat untuk, mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

“Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak berkegiatan pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jaran 17 km dari puncak,” katanya.

Selain itu, tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

Mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Terutama, sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Dikatakan, masyarakat juga diimbau agar tidak terpancing berita-berita yang tidak bertanggungjawab mengenai aktivitas Gunung Semeru, dan mengikuti arahan dari instansi yang berwenang yaitu Badan Geologi yang akan terus berkoordinasi dengan BNPB dan K/L, Pemda, dan instansi terkait lainnya.

Eko menambahkan, informasi mengenai aktivitas terkini Gunung Api Semeru dapat diperoleh melalui aplikasi atau situs Magma Indonesia.

Sebelumnya, pada Kamis (16/12), terjadi luncuran awan panas pada pukul 09.01 WIB sejauh 4,5 km dari puncak. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 912 detik.

Kemudian, terjadi luncuran awan panas pada pukul 09:30 WIB. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 17 mm dan durasi 395 detik, namun secara visual tidak teramati karena Gunung Api Semeru tertutup kabut.

Sore harinya, terjadi luncuran awan panas pada pukul 15:42 WIB sejauh 4,5 km dari puncak. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 400 detik.

“Kegempaan didominasi oleh gempa letusan, hembusan, dan guguran dengan jumlah gempa guguran meningkat dalam tiga hari terakhir sebanyak 15-73 kejadian per hari dari rata-rata 8 kejadian per hari sejak tanggal 1 Desember 2021," jelasnya.

Menurut Eko, aktivitas awan panas guguran masih berpotensi terjadi lantaran adanya endapan aliran lava (lidah lava) dengan panjang aliran ±2 km dari pusat erupsi. Aliran lava tersebut masih belum stabil dan berpotensi longsor terutama di bagian ujung alirannya, sehingga bisa mengakibatkan awan panas guguran.

"Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi di Gunung Api Semeru. Didukung data dari BMKG diperkirakan musim hujan masih akan berlangsung selama tiga bulan ke depan," tambahnya.

2010