Home Nasional Komunitas Puisi Esai Diundang untuk Calonkan Sastrawan Penerima Nobel

Komunitas Puisi Esai Diundang untuk Calonkan Sastrawan Penerima Nobel

Solo, Gatra.com - Komunitas puisi esai diundang oleh panitia Nobel, Swedish Academy Nobel Commiittee, untuk mencalonkan sastrawan sebagai kandidat penerima Nobel sastra. Undangan ini menjadi hal amat prestisius karena sejak ada penghargaan Nobel pada 1901 belum ada sastrawan Indonesia bahkan Asia Tenggara yang pernah mendapat hadiah Nobel sastra.

Koordinator pelaksana Komunitas Puisi Esai Indonesia, Irsyad Mohamad, mengatakan pada Desember ini, Komunitas Puisi Esai mendapat kesempatan diundang panitia Nobel. Kesempatan ini merupakan hal yang langka, sebab publik tak bisa mencalonkan kandidat untuk Nobel sastra.

”Pencalonan publik atau siapapun bisa secara otomatis didiskualifikasi. Makanya kami bersyukur diundang panitia Nobel,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Gatra.com, Senin (20/12).

Menurut Irsyad, ada empat faktor yang membuat panitia Nobel secara resmi mengundang Komunitas Puisi Esai. Pertama, mereka menyadari Indonesia dan Asia Tenggara kaya akan karya seni sastra.

”Selama ini kendalanya mungkin karena keterbatasan bahasa. Makanya wilayah ini belum pernah mendapat Nobel sastra,” katanya.

Kedua, komunitas ini memiliki laman yang menyaring lebih dari seratus karya puisi esai dalam bentuk buku dan video yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris. ”Sehingga Swedish Academy, the Nobel Committee, tanpa rintangan bahasa dapat membaca atau menonton puluhan karya puisi esai dalam bahasa Inggris,” katanya.

Ketiga, puisi esai semakin diakui di dunia sebagai genre baru dalam puisi. Sebab selama ini sangat jarang tercipta gennre baru dalam puisi. Apalagi puisi esai yang diciptakan oleh Denny JA kini masuk dalam kamus resmi Bahasa Indonesia.

Saat ini sudah terbentuk pula komunitas puisi esai di ASEAN yang berpusat di Malaysia. Komunitas ini dipimpin oleh Datuk Jasni Matlani sebagai Presiden Komunitas Puisi Esai ASEAN.

Keempat, dalam karya puisi esainya, Denny JA menyuarakan isu hak asasi manusia (HAM) di kawasan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, yakni Indonesia. Puisi ini tak hanya seksi dari sisi genre baru, namun juga dari segi HAM.

Komunitas Puisi Esai akan segera bersidang untuk menentukan penulis yang akan diusulkan untuk menjadi peraih Nobel sastra. ”Sejauh ini Denny JA calon yang paling kuat,” katanya.

Sementara itu, Denny JA enggan banyak berkomentar mengenai kemungkinan masuknya usulan namanya sebagai peraih Nobel sastra.

”Pencalonan Nobel sastra bagus untuk diplomasi budaya Indonesia. Namun, saya berkarya karena saya mencintai gagasan, tidak berorientasi penghargaan,” katanya.

1524