Home Politik Sekretaris MUI Jateng Ungkap Kenapa MUI Kerap Dihujat

Sekretaris MUI Jateng Ungkap Kenapa MUI Kerap Dihujat

Banyumas, Gatra.com – Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, KH Muhidin MA menyatakan MUI kerap mendapatkan sanjungan, namun tak jarang pula dihujat. Salah satunya karena posisi MUI yang kerap mengurusi hal-hal sensitif yang langsung berhubungan dengan hajat hidup orang banyak.

"Kami menyampaikan dan mengingatkan kepada kita semua bahwa keberadaan MUI ditengah masyarakat itu disamping mendapatkan sanjungan juga banyak mendapatkan hujatan, maka mari introspeksi diri kembali,” katanya, dalam pengukuhan pengurus MUI Wonosobo yang dilanjutkan halaqoh (rakor) pimpinan MUI se-Karesidenan Kedu, di Wonosobo, Selasa (11/1).

Menurut dia, hujatan tersebut muncul, di antaranya karena posisi MUI sebagai khodimul umah, yang mempunyai kewajiban menjaga dari aqidah yang sesat. Selanjutnya adalah menjaga keamanan dan kehalalan makanan.

Menjaga praktik muamalah yang tidak sesuai syariah. Hal inilah yang sering kali menimbulkan perkara yang sensitif di masyarakat sehingga melahirkan berbagai tanggapan atau ktitik.

"Kita perlu tahu kenapa sih masyarakat menghujat kita, diantaranya MUI itu tegas, posisinya sebagai khodimul umah karena itu punya kewajiban menjaga dari anil aqidah al batilah yaitu menjaga aqidah yang sesat, lalu anil aqli wa shurbi ghoiri halal, yaitu menjaga aman dan halal pangan, lalu anil muamalah ghoiri syariah, imat kita harus dijaga dari praktik pratik yang tidak sesuai syariah," ungkapnya.

Ia mengibaratakan tugas MUI sebagai kue bika. “Bahwa MUI itu di tengah masyarakat itu seperti kue bika, ke atas panas ke bawah kalau enggak open panas juga pasti gosong, kepada umat MUI ulama memang habitatnya itu menjadi panutan umat, lalu kepada atasaan memang kewajiban MUI untuk menjadi mitra yang kritis, mitra yang serasi dengan pemerintah," ucap dia.

Ketua MUI Wonosobo, Dr KH Muchotob Hamzah MM yang juga Mantan Rektor UNSIQ mengungkapkan keinginannya ada alih generasi dalam kepemimpinan MUI Wonosobo. Bernada merendah, menurut dia, sudah saatnya MUI dipimpin oleh yang lebih muda yang lebih trengginas dan lebih pantas.

Kiai yang akrab disapa Abah Chotob ini mengungkapkan, tugas MUI saat ini sangat berat. Ia merasa sangat kecil ketika melihat visi yang sangat besar ini, dibandingkan realita yang terjadi di tengah masyarakat, ditambah isu global yang sangat memengaruhi umat Islam secara luas, termasuk di Wonosobo dan eks-Karesidenan Kedu.

"Kita sebagai orang yang disebut ulama ini mewarisi Nabi, berarti ke-Islaman ini diserahkan kepada kita, begitu beratnya tugas kita, kita masih jauh sekali antara idealitas kita dengan realitas yang kita hadapi di masyarakat di depan kita,” ujar Abah.

Sementara, Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat, S.Ag., mengucapkan selamat kepada jajaran pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Wonosobo masa khidmat 2021-2026 yang baru dikukuhkan.

"Saya ucapkan selamat, dan kepada para pengurus lama saya ucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya, atas segala kontribusi dan karya yang telah diberikan selama menjabat. Peran aktif MUI dalam menciptakan hubungan harmonis antar umat Islam dan antarumat beragama, termasuk umat Islam dengan pemerintah, menjadi sebuah esensi penting dalam berjalannya fungsi MUI sebagai organisasi kemasyarakatan. Kehadiran MUI dibutuhkan dalam membimbing, membina, dan mengayomi seluruh kaum muslimin," ucap Mas Afif.

Bupati menegaskan kehadiran MUI sangat berarti di tengah masyarakat. Atas nama pemerintah pihaknya akan sepenuhnya mendukung tugas mulia MUI ini. "MUI selalu hadir dan selalu ada di tengah masyarakat, tentunya kami Pemkab Wonosobo beserta jajaran akan selalu hadir memfasilitasi dan membersamai langkah tugas mulia MUI Wonosobo ini," pungkas Afif.


 

1300