Home Ekonomi Amat Cahari, Perajin Canting Batik di Kota Pekalongan Bertahan di Usia Senja

Amat Cahari, Perajin Canting Batik di Kota Pekalongan Bertahan di Usia Senja

Pekalongan, Gatra.com - Pembuatan batik tak bisa dilepaskan dari alat canting. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan munculnya batik cap dan printing, teknik pembuatan batik menggunakan canting sudah jarang ditemukan karena memakan waktu lama.

Pembuat canting pun sudah mulai berkurang. Salah satu perajin canting di Kota Pekalongan, Jawa Tengah yang masih bertahan adalah Amat Cahari. Di usianya senjanya, pria 70 tahun itu masih setia menekuni usaha pembuatan canting.

Amat menjalankan usahanya di industri rumahan Poppy Canting, Kelurahan Kuripan Kertoharjo, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan. Dia sudah memproduksi canting tulis sejak 1968.

"Dalam sehari, saya bisa membuat 75 canting," kata Amat saat ditemui di sela kesibukannya, Jumat (4/2).

Amat memproduksi canting dengan cara tradisional. Bahan yang digunakan yakni tembaga lembaran yang dipotong-potong. Bahan itu lalu dimal atau dibulatkan dengan perekat menggunakan patri.

Setelah itu, tembaga dikemplong agar bentuknya cekung, lalu dibakar supaya lentur. Kemudian bagian pinggirnya digunting sedikit agar dapat dikeling.

"Kalau sudah melengkung baru dilakukan pengelingan. Untuk cucuk canting ada ukurannya, yakni 1 sampai 5 12," jelas Amat.

Canting yang dibuat Amat dijual dengan harga Rp4.000-Rp5.000 per buah. Selain melayani pesanan, dia juga memasarkan canting produksinya secara online. "Alhamdulillah pesanan pembuatan canting masih ada," tuturnya.

Amat mengungkapkan, dari tahun ke tahun, di Kota Pekalongan yang berjuluk Kota Batik sudah tak banyak warga yang menggeluti usaha pembuatan canting tulis. Di Kelurahan Kuripan Kertoharjo, Amat bisa dikatakan legendaris karena paling tua dan lama membuat canting.

"Saat ini anak muda jarang yang menekuni usaha pembuatan canting karena lebih banyak yang memilih pekerjaan yang lebih ringan," ujarnya.

Semakin moderennya teknik pembuatan batik juga turut membuat perajin canting terus berkurang. Kendati demikian, Amat tetap bersemangat untuk terus membuat canting. "Semoga usaha pembuatan canting tetap bertahan sampai kapan pun," harapnya.


 

1368